KedaiPena.Com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) memanipulasi pengertian bahwa pelanggan listrik 900 VA bukan termasuk rakyat miskin atau rentan miskin. Padahal kelompok itu susah payah untuk bisa mencukupi hidupnya.
Demikian dikatakan pengamat kebijakan publik Abdurrahim, kepada KedaiPena.Com, Rabu (7/6).
Apalagi kalau ada kenaikan harga sembako seperti sekarang ini, ditambah kenaikkan listrik, kelompok masyarakat ini akan semakin susah hidupnya.
“Di sisi lain, padahal, ada pilihan kebijakan seperti yang ditunjukkan oleh Rizal Ramli agar listrik tidak naik, tapi keuangan PLN tetap terjaga,” sambung dia.
Caranya, adalah dengan mengurangi rugi transmisi dari 10 ke 3 persen, maka akan menghemat Rp6,3 triliun. Lalu, juga renegosiasi harga pembelian bahan bakar untuk dapatkan potongan harga 10 persen saja, akan menghemat Rp20 triliun.
Selain itu, Pemerintah dan PLN juga dapat mengurangi ‘mark up’ dari 30 ke 20 persen, yang dapat menghemat Rp40 triliun. Dan total penghematan dari ketiga cara ini bisa sebesar Rp 66,3 triliun per tahun.
“Cara ini meningkatkan efisiensi PLN dan menghasilkan dana yang jauh lebih besar dari pada memotong subsidi 900 VA. Tapi memang cara ini harus lebih bekerja keras,” seru dia.
“Jadi argumen SMI, sama dengan lebih memilih membiarkan pemborosan di PLN dan menyusahkan hidup rakyat kecil, daripada bekerja keras menekan PLN agar efisien dan rakyat kecil bisa lebih longgar kehidupannya,” tandas dia.
Sebelumnya, SMI mengatakan, subsidi listrik yang saat ini sedang diperdebatkan akan dialihfokuskan untuk rumah tangga yang tergolong miskin dan rentan.
“Pelanggan rumah tangga yang mampu dikenakan penyesuaian tarif secara bertahap menuju keekonomian dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan ekonomi, sosial dan politik,†beber Ani, sapaannya.
Laporan: Muhammad Hafidh