KedaiPena.Com – Bank Muamalat (BM) saat ini tengah membahas rencana penyelamatan bank dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Pengamat perbankan Indonesia Banking School (IBS) Batara Simatupang menilai bahwa masalah BM saat ini lebih disebabkan karena manajemen tidak jeli memanfaatkan pasar Indonesia.
“Mereka bermain di koporasi dan komersil yang distribusi risikonya jauh lebih besar. Seyoganya mereka fokus pada pasar business banking dan UMKM yanh basis nasabahnya tidak pernah kering,” ungkap dia kepada KedaiPena.Com, Jumat, (20/12/2019).
“Manuver bisa dilakukan tatkala sudah kelihatan kinerja yang melenceng. Jadi memang manajemen-lah yang bertanggungjawab atas penurunan kinerja,” sambung Batara.
Menurut Batara jika berangkat dari Lapkeu Q32019, maka laba bersihnya hanya Rp 20,015 miliar dan NPF 5.64%. ROA 0,02%, ROE 0,26%, BOPO 98,83%, FDR 68,51, GWM 6,18%. Kinerja ini sangat memprihatinkan.
“Munculnya opsi pengambilalihan oleh investor baru, memang marak, mengingat BM adalah bank syariah pertama di Indonesia. Kendati kinerja memburuk, masih ada ruang perbaikan, antara lain dengan menarik kelebihan GWM untuk meningkatkan FDR, sehingga menurunkan NPL,” tutur Batara.
Sementara itu, kata Batara, dari sisi ROA dan ROE sudah sangat parah kekurangannya. Maka sepanjang BM dapat menurunkan NPL, masih ada potensi perbaikan, terutama dalam menekan BOPO yang nyaris mendekati 100%.
“Jadi bilamana ada investor yang berani masuk, tantangannya adalah peningkatan modal hingga mencapai buku 3. Pasca penyuntikan modal potensi BM untuk berkinerja lebih bagus terbuka luas,” tegas Batara.
Batara menjelaskan dalam proses penyelamatan BM yang terpenting tidak menambah portofolio korporasi dan mulai masuk portofolio business banking dan UMKM yang distribusi risikonya dapat lebih kecil
“Karena mengelola bank tidak sama dengan mengelola perusahaan keuangan non bank. Bank high regulated indutries,” tutur Batara.
Batara menekankan dalam mengelola harus mempunyai jam terbang mengelola bank sesungguhnya, bukan atas dasar pendidikan saja.
“Pengelola harus bisa dan mampu mengelola likuiditas dengan cermat dan baik. Karena bank ibarat keseimbangan darah dalam sirkulasi pada tubuh manusia yang harus stabil,” tutur Batara.
Batara menilai bahwa likuiditas akan sangat bergantung pada fokus bisnis yang digeluti. Hal tersebut akan memberikan efek.
“Kalau manajemen salah dalam menentukan strategi bisnis, maka akan langsung ngefek kepada likuiditas. Manajemen yang menentukan kemana haluan bisnis yang dituangkan dalam RBB atau rencana bisnis bank,” pungkas Batara.
Laporan: Muhammad Lutfi