KedaiPena.Com – Berada di wilayah yang terbilang pelosok dengan akses jalan yang rusak parah, yakni di Lorong V, lingkungan Siantar Gunung, Kelurahan Hutanabolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, bayi ini, terlahir dengan struktur tubuh tak sempurna.
Ucok, panggilan sementara buah hati pasangan suami istri Hotmasari Mendrofa (33) dan Suryani br Lase (33) ini, mengalami cacat pada kedua kaki dan tangannya. Pada kaki kiri memiliki sedikit telapak dan berbentuk pipih, jari-jari hanya berbentuk seperti daging-daging kecil yang muncul dari pangkal kaki. Sementara, kaki sebelah kanan terlihat buntung dan tak mengeluarkan jari-jari sama sekali.
Kondisi berbeda pada bagian tangan, dimana jari dan telapak sebelah kanan memang nyaris sempurna, hanya saja jari telunjuk dan jari tengah sedikit menyatu, begitu juga jari manis dan kelingking yang disatukan kulit berbentuk selaput. Sementara itu, tangan sebelah kiri tidak sesempurna bagian kanan. Jari-jari kiri bayi ini tampak kecil-kecil membentuk capit dan tak berfungsi sempurna.
Saat dikunjungi KedaiPena.Com, Rabu (7/9) siang, Ucok yang terlahir lahir 19 agustus 2016 lalu atau baru berusia sekitar 3 minggu itu agaknya tak semujur bayi seusianya yang seharusnya berada di tempat nyaman dan hangat. Tak ada pilihan, Ucok terpaksa dibawa ibunya, Suryani ke tengah hutan perbukitan sejarak 1 kilometer dari rumahnya yang harus ditempuh berjalan kaki di jalan setapak mendaki. Disana, Suryani memang berladang Padi dan Cabai.
Berada di gendongan ibunya di dalam pondok terbuka beratap rumbia, Ucok yang mungil belum merasakan kekurangan yang ia alami. Ia tetap lincah bertenaga. Gerak tangan dan kakinya meski tak sempurna serta tangisannya di tengah Hutan itu seolah menegaskan dirinya sebenarnya baik-baik saja.
“Sehat dan lincah, minum ASI juga kuat. Cuma itu, waktu lahir si Ucok, kaki dan tangannya sudah begini,” ujar Suryani menunjukkan kondisi kaki dan tangan anaknya itu.
Menurut Ibu dari 4 anak laki-laki dan 2 perempuan ini, saat melahirkan anak laki-lakinya terakhir itu, persalinan berjalan dengan normal. “Prosesnya cepat, normal, gak ada apa-apa,” katanya.
Hanya saja, Suryani mengakui, di usia kehamilan 8 bulan, ia memang mengalami pendarahan parah dan berlangsung selama 3 minggu. Meski menurut dia, pendarahan itu agaknya tak mempengaruhi proses kelahiran.
“Hamil delapan bulan, saya mengalami pendaharan selama tiga minggu. Mungkin karena pendarahan itulah ya, seperti dipaksa lahir, tapi bukan kurang umur ya, karena lahir normalnya, artinya pendarahan itu sudah sembuh baru lahir,” katanya.
Penuturan Suryani, kehamilan Ucok sebenarnya tak terencana. Walau tak menggunakan alat kontrasepsi maupun mengikuti program KB, sebenarnya ia dan sang suami sudah menggunakan jasa tukang urut kampung untuk menjaga agar tak terjadi kehamilan. Namun, Suryani tetap saja hamil.
“Kami kan tidak KB, makanya pakai tukang urut dan disarankan dikusuk, tapi ya begini, tetap saja hamil,” katanya.
Soal jarak antara kelahiran anak ke 5 dan kehamilan anak terakhirnya itu memang tak begitu jauh, hanya berselang 4 bulan saja. “Memang 4 bulan saya melahirkan, sudah hamil lagi,” katanya.
Meski sempat terkejut atas kondisi struktur tubuh Ucok, belakangan Suryani dan suaminya Hotmasari akhirnya mengaku ikhlas. Apalagi saat kelahiran, Ucok sebenarnya memiliki kelebihan dan berbeda dengan kelahiran bayi lainnya, yakni sudah tumbuh 2 gigi bagian bawah, serta terlahir dengan kulit ari menyelimuti bagian kepala membentuk topi.
“Sudah ada dua giginya di bawah, dan waktu lahir ada ‘topi’ nya, saluran dari pusat itu seperti bercabang, dan cabangnya itu sampai ke kepala dan seperti ada topinya, di bawa waktu lahir. Katanya sih membawa rejeki,” kisah Suryani.
Lebih jauh Suryani menuturkan, atas kondisi Ucok, Bidan setempat, br Siringo-ringo memang telah memberikan penanganan yang baik sejak proses persalinan hingga kelahiran.
Oleh Bidan juga sudah dijanjikan, jika sudah berumur sekitar 2 tahun Ucok akan di bawa ke Medan untuk menjalani operasi terkhusus pada bagian tangan. Meski, Bidan belum mendiskusikan soal biaya yang akan digunakan jika operasi itu dijalankan.
“Katanya (Bidan) udah di daftar ke dokter, katanya di bawa ke Medan untuk operasi, tapi katanya biar 2 tahun dulu baru di operasi, entahlah. (Soal biaya) itu belum tentu pemerintah membayar, atau bisa jadi resiko orang tua, soal biaya, gak cerita lagi Bidan,” tutur Suryani.
(Dom)