KedaiPena.Com – Staf Khsus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menegaskan sejak masa pra kemerdekaan, pemuda Indonesia telah menyadari akan pentingnya persatuan.
Hal itu, kata Romo Beny begitu ia disapa, ditandai dengan sejarah bangsa ini dalam isi Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928 silam.
“Sejak awal pemuda kita berjiwa kebangsaan karena mereka cinta bersama untuk merdeka tanpa melihat kebangsan, kesukuan, dan keagamaan,” kata Benny dalam keterangan, Selasa, (27/10/2020).
Sumpah Pemuda tercetus dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Namun dua tahun sebelumnya, telah dilakukan Kongres Pemuda I mulai tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta).
Kongres Pemuda I atau Kerapatan Besar Pemuda dihadiri oleh perwakilan dari perhimpunan pemuda/pemudi termasuk Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Theosofi, dan masih banyak lagi.
“Dalam koran Bataviaasch Nieuwsblad (Lembaran Berita Batavia) yang terbit pada Senin, 29 Oktober 1928, bahwa Kongres Pemuda II hari pertama berlangsung pada Sabtu (27/10/1928) di Gedung Katholikee Social Bond atau Perhimpunan Sosial Katolik, berlokasi persis di belakang gereja Katedral. Sedangkan kongres di hari kedua diadakan di Gedung Oost Java (sekarang di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat),” jelas Benny
Kongres Pemuda II di Batavia dihadiri para utusan organisasi-organisasi pemuda di tanah air, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan lainnya.
Benny menuturkan, Sumpah Pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda ke-2, dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama, dan daerah dari belahan barat Indonesia terdapat nama Mohammad Yamin. Seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto, Sumatera Barat, yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, Jong Sumatranen Bond.
“Keberagaman yang ada pada saat itu, menunjukkan para pemuda di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia tak menjadikan perbedaan status sosial sebagai halangan untuk bersama-sama membangun negeri melalui ikrar satu tanah air, bangsa, dan bahasa,” ujar Benny.
Selain itu, Benny menjelaskan bahwa Generasi 28 mampu mengatasi sekat pemisah karena mereka memiliki jiwa merdeka. Ini harus ditiru generasi saat ini.
“Tujuan digelarnya Kongres Pemuda II antara adalah untuk melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia, membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia, serta memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia,” jelasnya.
Selanjutnya Benny mengatakan bahwa dari generasi 28 kita bisa belajar kemampuan mereka membangun kesadaran nilai-nilai kebangsaan tanpa memikirkan lingkaran kepedulian SARA.
“Generasi 28 mengajarkan bahwa dalam membangun kesadaran nilai-nilai kebangsaan tanpa menambawa permasalahan SARA,” pungkas Benny.
Laporan: Muhammad Hafidh