TAK ada hujan, tak ada angin. Tahu-tahu Hizbur Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan. Begitu juga, kita tidak paham, kok tiba-tiba ada tuduhan makar pada sejumlah tokoh-toloh pergerakan beberapa waktu lalu.
Katanya, ini negeri demokrasi dan hormati hak azazi manusia (HAM). Kok bisa ya pemerintah lakukan pembubaran ormas dengan alasan yang sumir? Publik dibikin lier euy. Iye teh demokrasi naon?
Semalam, saya, di undang teman-teman HTI Jatim di sebuah resto Sop Buntut. Ya, semacam ‘sharing’ saja. Seperti kawan yang kena musibah kita datang dan hibur. Padahal ini bukan musibah, kata saya mah. Pembubaran HTI oleh Pak Menkopolhukam, konon atas perintah Presiden itu, semacam iklan gratis lah.
Makanya, semalam. Saya lebih banyak guyon ke teman-teman HTI, ga usah panik lah. Wong nanti juga pembubaran HTI ini, mirip-mirip isu makar beberapa waktu lalu. Nanti juga lenyap di telan bumi, kok.
Semalam itu, saya semacam tabayyun. Apa sih dosa HTI sehingga harus bubar? Dijawab Humas HTI Jatim. “Kami juga bingung”. Nah HTI sendiri bingung, dosanya apa? Hehehe.
Justru, silaturahmi dadakan, karena siang baru dihubungi dari Mas Abdus Salam dari PKDA HTI Jatim. Silaturahmi dadakan semalam juga turut hadir teman-teman dari Rumah Pancasila, Majelis Mujahidin, Ziyad Fallahi, Ustadz Mustari dari Makassar, dari Gresik. Lebih seru karena cerita Ustadz Mustari soal pelarangan HTI bikin acara di Lapangan Kerobosi Makassar beberapa waktu lalu.
Di akhir acara, saya diminta kesaksian yang direkam oleh moderator, yang namanya belum kenal. Saya minta supaya pembubaran HTI oleh Pemerintah di batalkan saja. Justru pemerintah harus bantu HTI untuk bina Umat. Aksi-aksi massa HTI di beberapa kali saat partisipasi bela Islam sangat ‘cool’ dan damai. Wong HTI berjuang untuk benahi Negeri ini dengan nawaitu suci dan ikhlas demi NKRI.
Juga, saya imbau pemerintah dan aparat untuk tertibkan unjuk rasa, yang cenderung anarkis dan melampaui batas waktu aksi sesuai aturan demonstrasi, seperti di depan LP Cipinang. Yang ujung-ujungnya supaya jadi alasan napi penista Agama di pindahkan ke Mako Brimob.
Alhasil, kepada teman-teman HTI, ‘cool’ saja hadapi semua ini. Jika harus ke pengadilan untuk bela hak-hak demokrasi, tempuh dengan cara dan kaidah Islami.
Insya Allah, kejadian pembubaran HTI ini. Semacam sengsara membawa nikmat. Pasti ada ‘blessing in disguse’. Barakallah. Wallahu’alam.
Oleh Muslim Arbi, Aktivis Islam, Koordinator Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi