KedaiPena.Com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Budaya dan Kesenian (LBK) Renaissance Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar seminar kebudayaan dan tari kontemporer.
Acara yang diselenggarakan di Auditorium FIP UMJ dengan tajuk ‘Dekadensi Tradisi, Eksistensi Tari Topeng Betawi’.
Ketua Pelaksana, Atikah Ab’ur mengatakan, tujuan kegiatan tersebut untuk memperkenalkan budaya lokal, khususnya Betawi.
Menurut Atikah, derasnya arus globalisasi membuat budaya luar negeri masuk ke Indonesia. Hal ini membuat generasi muda mengalami dekadensi terhadap budaya lokal yang ada di daerahnya.
“Karena memang saat ini kami melihat sedang mengalami penurunan budaya. Generasi muda masih terpaku sama budaya luar, mereka lebih tertarik sama budaya luar, sedangkan kita punya aset berupa budaya yang harus sama-sama dikembangkan,” ujar Atikah, kepada KedaiPena.Com, Sabtu (18/12/2021).
Sementara, salah seorang seniman dari Lembaga Kebudayaan Betawi, Samsudin, menyebut pelestarian budaya merupakan tugas semua elemen masyarakat.
Samsudin katakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sendiri telah menunjukan perhatiannya untuk turut melestarikan budaya betawi.
“Kita mau tidak mau harus menghidupkan kembali budaya. Karena budaya adalah jati diri kita dan jati diri bangsa. Kalau kita hidup dan tinggal di Jakarta, mau tidak mau kita harus tahu budaya Jakarta itu sendiri. Karena melestarikan budaya merupakan tanggung jawab kita semua,” imbuhnya.
“Menurut saya sejauh ini pemerintah sudah cukup berkontribusi dalam pengembangan budaya, apalagi di setiap wilayah itu ada namanya Pusat Pengembangan Seni dan Budaya (PPSB). Hanya mungkin informasinya yang masih minim sekali,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Riset dan Pengembangan Budaya pada Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Rebecca Olivia, menuturkan, sampai saat ini, pihaknya terus melakukan terobosan dalam pemeliharaan dan pelestarian budaya Betawi.
“Berdasarkan data yang kami miliki, dari pokok pikiran kebudayaan daerah, sampai saat ini kondisi topeng budaya masih terpelihara, jadi memang hanya perlu pengembangannya saja, karena tokoh dan SDM-nya cukup banyak,” papar Rebecca.
Lanjut Rebecca, salah satu program yang rutin dilakukan adalah Pelindungan, Pengembangan, Pembinaan dan Pemanfaatan (4P).
“Kita juga rutin melakukan stimulus untuk menjaga eksistensi, dinas kebudayaan selalu melakukan kegiatan 4P yaitu pelindungan, pengembangan, pembinaan dan pemanfaatan,” ungkapnya.
“Di perlindungan, kita melakukan inventarisir terkait budaya, lalu kita kembangkan menjadi bentuk pertunjukan dan inovasi di bidang budaya. Lalu kita melakukan pemanfaatan dengan membuat lomba yang diikuti generasi muda dengan harapan mereka memiliki inovasi dan stimulus, lalu setelah itu kita bina dengan melakukan pelatihan,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan