Artikel ini ditulis oleh Nur Jafar Marpaung, Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Provinsi Riau, Pengamat Pangan.
Mahalnya harga beras Bulog sampai ke masyarakat disebabkan banyaknya kepentingan dan peraturan yang seakan mengekang Bulog untuk dapat memenuhi berbagai target programnya.
Bulog ini hidup di bawah begitu banyak aturan dan kepentingan kementerian teknis yang membawahi Bulog. Ini tentu membutuhkan effort yang besar dan berat untuk berkoordinasi di banyak lembaga sekaligus untuk meliuk-liuk di antara banyak aturan.
Di internal dan eksternal Bulog terlalu banyak polemik seperti impor beras.
Pemerintah harus mampu membongkar simpul-simpul yang menyebabkan Bulog tidak mampu menyelesaikan masalah harga beras impor yang liar. Harga beras impor Bulog yang seharusnya Rp8.300 per kilogram, tetapi dijual hingga Rp11.300 per kilogram.
Seharusnya beras tersebut dijual paling mahal ke konsumen sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp9.400. Kalau masalah ini terus dibiarkan keberadaan Bulog dinegara ini tidak akan bermanfaat bagi masyarakat karena masyarakat sudah menjerit dengan harga beras sebagai bahan pokok utama.
Ini adalah permainan mafia beras yang berkerjasama di internal Bulog yang menjual beras Bulog kepada pedagang dengan harga mahal. Mafia tersebut sengaja menghalangi pedagang membeli beras langsung dari Bulog. Kalau di internal Bulog tidak bermain gak mungkin para mafia bisa merajalela mempermainkan harga beras Bulog. Contohnya banyak para mafia tidak sungkan-sungkan lagi mengatakan mereka mendapatkan quota beras dari Bulog dalam jumlah yang besar karena ada faktor kedekatan emosional dengan orang dalam di Bulog atau mantan pejabat Bulog.
Cara bermain mafia-mafia ini mengumpulin para pedagang selanjutnya mereka mengintimidasi para pedagang. Apakah pemerintah tidak mengetahui permainan ini? atau pura-pura tidak tahu? Apakah pemerintah juga tidak mengetahui tempatnya dan orang-orang yang bermain di internal Bulog?. Jangan masalah beras sebagai bahan pokok untuk kebutuhan masyarakat utama dijadikan mainan. Jangan merasa hebat, ngancam-ngancam.
Pemerintah harus tegas. Orang-orang internal Bulog yang berkerjasama dengan mafia beras dan mengintimidasi (pedagang) harus ditangkap segera. Jangan ini dibiarkan berlarut-larut dan cendrung merajalela. Pemerintah harus peka dengan jeritan hati rakyat yang sudah banyak menderita. Banyak rakyat yang sudah tidak bisa makan 3 kali sehari karena tidak sanggup beli beras
Impor beras bukan untuk permainan mafia beras dan orang-orang dalam Bulog, tetapi itu perintah negara. Keputusan itu dibuat? Karena situasi beras sedang tidak normal.
[***]