KedaiPena.Com – Pakar Hukum Tata Negara Muhammad Rullyandi menilai, jika konstitusi UUD 1945 memberikan atribusi kekuasaan kehakiman kepada Mahkamah Agung sebagai peradilan pertama dan terakhir berwenang melakukan pengujian peraturan perundang-undangan di nawah Undang-Undang.
Dalam konteks ini, kedudukan anggaran dasar Partai Politik sebagai peraturan dasar dilegitimasi dalam Undang – Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang – Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik yang lazim disebut sebagai “konstitusi partai”.
“Yang hakekatnya merupakan sebagai suatu tatanan peraturan norma hukum dalam jenis peraturan perundang – undangan yang secara implisit merujuk pada kaidah ketentuan pasal 8 ayat 1 Undang – Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan, sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 15 Tahun 2019,” kata Rullyandi dalam keterangan tertulis, Jumat, (15/10/2021).
Rullyandi menjelaskan, sepanjang frasa jenis Peraturan Perundang – Undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dans sebagainya.
“Maksud dari ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU Pembentukan Peraturan Perundangan sepanjang frasa Jenis Peraturan Perundang – Undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) tersebut bahwa keberadaan jenis peraturan perundang – undangan yang telah disebutkan secara limitatif dari ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Pembentukan Peraturan Perundangan dimaksudkan dalam artian mengandung sifat fleksibilitas tidak berlaku rigid yang tidak dapat memberikan suatu batasan limitatif secara formil dalam bentuk jenis – jenis peraturan perundang – undangan,” tutur dia.
Rullyandi menegaskan, demikian pula terdapatnya berbagai jenis – jenis peraturan perundangan – undangan sebagaimana dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) dimaksud. Sebagai
contoh Undang – Undang tidak menyebutkan secara eksplisit adanya jenis peraturan peraturan perudangan – undangan.
“Selain itu misalnya keberadaan Peraturan Dirjen yang dalam prakteknya instrumen peraturan tersebut diterima dalam keabsahannya oleh entititas subjek hukum dan hubungan antar cabang organ – organ negara lainnya sehingga memiliki karakteristik norma pengaturan yang bersifat mengikat seiring dengan kebutuhan ketatanegaraan,” papar Rullyandi.
Disamping hal demikian pula, kata Rullyandi, bahwa lembaga kekuasaan kehakiman Mahkamah Agung merupakan marwah tertinggi sebagai forum pengujian peraturan perundang – undangan dibawah undang – undang agar sekiranya Mahkamah Agung mengedepankan benteng terakhir dalam arti makna filosofis kekuasaan yang merdeka guna mencapai rasa keadilan.
“Undang – Undang Partai Politik menempatkan Menteri Hukum dan HAM hanya terbatas sebagai forum pengesahan bukan sebagai forum pengujian,” beber Rullyandi.
Rullyandi menekankan, hakekat suatu peraturan dibawah undang – undang merupakan peraturan yang bersifat norma pendelegasian yang diperintahkan oleh Peraturan Perundangan -Undangan yang lebih tinggi.
“Anggaran Dasar dan Rumah Tangga AD/ART dibentuk dan diterbitkan sebagai peraturan pendelegasian yang diberikan oleh Undang – Undang Partai Politik berdasarkan kewenangan dari suatu Partai Politik. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 30 Undang – Undang Partai Politik bahwa Partai Politik berwenang membentuk dan menetapkan peraturan dan atau keputusan Partai Politik berdasarkan AD/ART serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan,” papar Rullyandi.
Dengan demikian, tegas Rullyandi, AD /ART dapat dikategorikan sebagai objek peraturan perundang – undangan yang dibentuk berdasarkan norma pendelegasian dan memiliki daya mengikat.
Ia menerangakan, hal ini dalam arti sepanjang berkaitan dengan bidang urusan partai tersebut dalam aspek kehidupan masyarakat dan bernegara.
“Dalam prakteknya Mahkamah Agung melakukan terbosan hukum dengan cara penemuan hukum guna mengadili hak uji materi Keputusan Bersama Menteri yang menurut pendapat Mahkamah Agung dapat dikategorikan sebagai objek peraturan perundang – undangan,” papar dia.
Hal ini, lanjut dia, sebagaimana dalam Pertimbangan Putusan Perkara Nomor : 17 P/HUM/2021 yang telah mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (Lkaam) Sumatera Barat.
“Yang menyatakan bahwa Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor 02/KB/2021, Nomor 025-199 Tahun 2021, Nomor 219 Tahun 2021 tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut Bagi Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan di Lingkungan Sekolah yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan