KedaiPena.Com – Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution kemarin (11/12) menyatakan bahwa pemerintah memang sengaja tidak mengejar pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi. Menurut Menko Darmin, ini sengaja dilakukan agar tidak terjadi kesalahan seperti era Orde Baru, yang saat itu laju ekonomi kencang tapi malah terjadi overheating.
Peneliti dari Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra memandang Menko Darmin berusaha ngeles karena tak mampu pacu pertumbuhan.
“Ngeles terus. Kita tahu awalnya di tahun 2015 Presiden inginnya pertumbuhan 7%, seperti tertulis di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Tapi sayang Menko Darmin hanya mampu kasih pertumbuhan 5%,” kata dia di Jakarta, Selasa (12/12).
Menurut Gede Sandra terdapat strategi-strategi untuk mendapatkan pertumbuhan tinggi dengan tetap menjaga kestabilan makro ekonomi, tanpa perlu takut terjadi overheating. Gede memberi contoh Turki yang pada kuartal ketiga 2017 berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi 11,1%, tertinggi di dunia, tapi tetap memiliki makro ekonomi yang stabil.
Gede juga mengingatkan Menko Darmin, bahwa upaya mengejar pertumbuhan tinggi dengan tetap mengurangi kesenjangan pendapatan juga sangat dimungkinkan, karena pernah dilakukan pemerintah Indonesia di masa lalu.
“Ingat pada era Gus Dur tahun 1999 ke 2000 pertumbuhan naik dari -3,5% ke 4,9%, tapi Indeks Gini malah terendah sepanjang sejarah di tahun 2001, yaitu sebesar 0,31. Untuk ini, Menko Darmin mungkin bisa belajar pada tim ekonomi Pemerintahan Gus Dur,” ujar Gede.
Seperti diketahui Biro Pusat Statistik (BPS) beberapa hari lalu baru melansir hasil survey Desember 2017 yang melaporkan, bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2017 adalah sebesar 5,06%. Indeks Gini stabil masih di level 0,39. Kemiskinan bertambah 6900 jiwa (menjadi 27,76 juta jiwa) dan pengangguran bertambah 10 ribu jiwa (menjadi 7,04 juta jiwa).
Laporan: Muhammad Hafidh