Artikel ini ditulis oleh Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, CEO Narasi Institute.
Indonesia telah terporsir anggarannya untuk ambisi besar Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Triliunan anggaranpun telah disuntikkan untuk menyelesaikan proyek ini diluar kesepakatan atau rencana awal yang memperlihatkan ketidakmatangan dalam perencanaan dan ketidakpiawaian Indonesia dalam membangun Kerjasama.
Akibat perencanaan yang tidak matang proyek KCJB menimbulkan permasalahan akses jalan. Proyek LRT Jabodebek menjadi sorotan karena kesalahan desain yang signifikan. Inilah saatnya kita menyadari pentingnya perencanaan yang baik dan matang dalam menghadapi proyek-proyek infrastruktur yang ambisius.
Proyek LRT Jabodebek menghadapi kritik pedas dari Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, yang menyatakan bahwa desainnya salah sejak awal. Salah satu kesalahan yang mencolok adalah pembangunan lengkung jembatan bentang panjang atau longspan di atas jalan tol dalam kota, Jakarta Selatan. Kontraktor PT Adhi Karya (Persero) Tbk disoroti karena tidak melakukan simulasi dan perhitungan matang terkait kemiringan dan kecepatan LRT selama proses perencanaan.
Akibat dari kesalahan teknis ini, LRT harus melaju sangat pelan saat melewati longspan, berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan. Jadwal kereta LRT juga harus disesuaikan dengan kecepatan trainset karena tikungan yang sempit, mengakibatkan LRT berjalan hanya 20 km per jam, jauh dari kecepatan yang diharapkan. Semua ini disebabkan oleh ketidaktepatan perencanaan dan ketidaktahuan tentang kemungkinan masalah yang muncul.
Dampak dari keputusan perencanaan yang buruk ini tidak hanya terbatas pada masalah teknis, tetapi juga menyebabkan biaya proyek membengkak. Longspan LRT yang seharusnya menjadi lintasan cepat malah menjadi penghalang dan harus direkayasa ulang. Perubahan ini membutuhkan biaya tambahan dan menyebabkan waktu proyek menjadi lebih lama dari yang seharusnya.
Proyek LRT Jabodebek awalnya diapresiasi karena konstruksi jembatan lengkungnya yang presisi bahkan mendapatkan rekor MURI. Namun, apresiasi ini tidak dapat menggantikan fakta bahwa biaya tambahan dan penundaan yang terjadi akibat perencanaan yang buruk mengambil uang dari kantong publik.
Biaya yang semestinya dapat dialokasikan untuk proyek lain yang lebih mendesak dan bermanfaat bagi masyarakat, malah terbuang sia-sia akibat kegagalan perencanaan.
Slogan “Kerja, Kerja, Kerja” memang memiliki pesan kuat tentang pentingnya aksi dan kerja keras dalam membangun infrastruktur. Namun, kerja tanpa perencanaan yang baik hanya akan menghasilkan kesalahan yang mahal dan merugikan masyarakat.
Proyek infrastruktur yang berhasil memerlukan rencana yang matang, simulasi yang teliti, dan perhitungan yang akurat sebelum pelaksanaan dilakukan.
Yang diharapkan proyek ini berjalan baik hingga selesai ternyata masih menyisakan persoalan. Dan tentu saja ini menjadi PR tambahan yang mengharuskan adanya anggaran untuk menyelesaikannya. Akibatnya pembiayaan proyek ini akan semakin membengkak.
Rekomendasi
Dalam proses perencanaan Pembangunan proyek infrastruktur, diperlukan Langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, pemerintah harus membentuk tim ahli perencanaan khusus untuk setiap proyek infrastruktur besar. Tim terdiri dari para ahli teknis yang memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai aspek infrastruktur, termasuk desain, konstruksi, keamanan, dan lingkungan, memiliki pengalaman yang relevan dalam menangani proyek infrastruktur skala besar. Dengan adanya tim ahli yang kompeten, dapat meminimalisir kemungkinan kesalahan dalam perencanaan.
Kedua, sebelum memulai konstruksi, setiap proyek infrastruktur harus melewati studi kelayakan yang komprehensif, yang mencakup analisis kebutuhan proyek, dampak sosial dan lingkungan, serta estimasi biaya dan waktu yang realistis. Studi kelayakan yang komprehensif akan membantu mengidentifikasi potensi masalah dan risiko sejak awal, sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat diambil.
Ketiga, proses perencanaan proyek infrastruktur harus melibatkan pihak terkait, seperti masyarakat setempat, lembaga non-pemerintah, dan para pemangku kepentingan. Pendapat dan masukan dari pihak terkait ini dapat membantu mengidentifikasi aspek yang mungkin terlewat dalam perencanaan serta memberikan perspektif yang beragam. Selain itu, keterlibatan publik juga penting untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan.
Keempat, tim ahli perlu melakukan penilaian risiko yang cermat dan simulasi sebelum melanjutkan ke tahap konstruksi. Simulasi dan analisis akan membantu mengidentifikasi potensi masalah teknis dan menguji skenario yang berbeda untuk memastikan desain infrastruktur yang optimal.
Kelima, mengutamakan kualitas perencanaan daripada kecepatan pelaksanaan. Proses perencanaan yang baik memerlukan waktu dan dedikasi untuk menyelesaikannya dengan benar. Keputusan terburu-buru dapat menyebabkan kesalahan yang fatal dan merugikan.
Keenam, melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi ini harus mencakup identifikasi keberhasilan dan kegagalan, serta pembelajaran dari pengalaman proyek.
Proyek LRT Jabodebek mengingatkan kita tentang pentingnya perencanaan infrastruktur yang baik dan matang. Kesalahan desain dan biaya yang membengkak akibat dari kurangnya perencanaan yang tepat harus menjadi pelajaran berharga.
Perencanaan infrastruktur yang baik akan membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat, meminimalkan biaya tambahan, dan menghindari dampak negatif yang tidak diinginkan.
Slogan “Kerja, Kerja, Kerja” jika tidak dilengkapi oleh perencanaan yang matang maka tidak akan memberikan hasil yang berkualitas. Proyek infrastruktur yang sukses tidak hanya tentang kerja keras, tetapi juga tentang perencanaan yang cerdas dan matang. Ini harus jadi pelajaran bagi pembangunan infrastruktur berikutnya.
[***]