PERBINCANGAN mengenai lobster semakin menjadi hot topic, semakin digoreng semakin panas dan semua orang sepertinya ikut nimbrung membicarakannya. Sampai kepada ibu-ibu di medsos ikut tertarik dengan si sexy lobster bahkan banyak juga yang japri. Webinar banyak digelar dengan judul-judul lobster, pembicaranya macam macam, mulai dari professor sampai ke masyarakat awam.
Beberapa hari ini bahkan media terkenal membawa bawa isu lobster ini ke urusan politik dan menjadi polemik seperti biasa ada pro dan kontra.
Sejak 7 bulan yang lalu saya pun menjadi terlibat dengan si sexy lobster ini dan itulah awal perkenalan saya dengan dunia lobster, dunia baru buat saya. Walaupun saya insan perikanan sejak 20 tahun yang lalu tetapi perkenalan saya dengan si sexy lobster baru pada tahun 2020.
Tugas saya saat ini adalah sebagai Wakil Bidang Sinergi Dunia usaha di (Komisi Pemangku Kepentingan dan Konsultasi Publik KKP).
Pembahasan Permen 56/2016 selama berbulan-bulan di mana di dalamnya adalah mengenai kebijakan tata kelola lobster, kepiting dan rajungan sudah dibahas tuntas dan Permen tersebut sudah diganti dengan Permen 12 /2020.
Penjelasan mengenai keputusan tersebut sudah pula disampaikan oleh Menteri Kelautan Perikanan (MKP) Edhy Prabowo bahwa nelayan harus hidup.
Jumlah penangkap benih lobster di seluruh Indonesia ada puluhan ribu orang dan selama 5 tahun yang lalu terhenti mata pencahariannya, walaupun secara sembunyi-sembunyi masih ada yang menangkap dengan resiko ditangkap aparat dan dipenjarakan. Tragis.
Yang ingin saya jelaskan dalam tulisan saya berikut ini adalah hal-hal yang menarik mengenai si sexy lobster ini setelah saya pelajari dan mendengar penjelasan dari mas Bayu Priambodo, ahli lobster lulusan UNSW Sidney, Australia.
Sejak tahun 1998 beliau sudah berkecimpung di dunia lobster dan ilmunya banyak sekali mengenai si sexy lobster ini.
Masyarakat awam banyak yang tidak paham walaupun banyak yang ikut ikutan komentar di medsos. Oleh sebab itu saya menganggap perlu berbagi mengenai fakta fakta berikut.
Yuk kita simak:
1. Tahukah anda bahwa induk betina lobster pada saat telur menetas (hatching), jumlahnya adalah ratusan ribu bahkan sampai jutaan dan bahkan sampai 4 juta telur dari satu ekor induk betina lobster.
2. Larva tersebut memerlukan waktu 110-150 hari dan melalui 11 tahapan perubahan bentuk untuk sampai kepada puerulus yang biasa disebut benih lobster atau si bening tersebut.
3. Tahukah anda bahwa pada saat induk lobster tersebut bertelur berada di antara perairan Indonesia Timur dan Australia (Laut Arafura, Papua Nugini dan Australia Utara). Lalu dibawa oleh gelombang laut menuju ke perairan laut di Filipina, lalu ke Laut Cina Selatan di sekitar Vietnam lalu ke Malaysia dan akhirnya sampai ke Laut Jawa dan Laut Timor.
Itulah perjalanan selama 150 hari yang ditempuh oleh larva lobster dan itulah sebabnya Indonesia kelimpahan rejeki dari benih-benih lobster atau si bening tersebut. Dan bisa diklaim Indonesia sebagai tempat benih spiny lobster terbanyak di dunia. Hal tersebut dinyatakan dan diyakini oleh para ahli lobster dari Australia.
4. Jadi bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah benih bening tersebut jika 1 induk bisa menetas sebanyak jutaan telur.
Tetapi saat telur tersebut menjadi puerulus ternyata kemampuan untuk bisa bertahan hidup sampai dewasa sangat kecil yaitu di sink population hanya 0.01%.
Artinya dari 10.000 benih tersebut yang bisa hidup hanya 1 ekor saja dan di non sink population sintasan hidupnya hanya 0.1% artinya dari 1.000 ekor benih kemungkinan yang bisa hidup hanya 1 ekor saja.
Mengapa demikian? Karena di lautan banyak sekali mahluk hidup yang saling membutuhkan makanan. Benih-benih lobster ini kalau tidak ditangkap dan dimanfaatkan oleh manusia, maka akan menjadi santapan ikan-ikan yang lain misalnya ikan layur.
5. Tahukah anda bahwa berdasarkan hasil riset (litbang) KKP yang dilakukan pada tahun 2017, potensi benih bening yang ada di perairan Indonesia adalah sebanyak 850 miliar ekor. Jikalau angka itu berubah saat ini, ada juga data yang mengatakan sebanyak 27 miliar ekor benih lobster di seluruh laut di Indonesia.
Apakah itu 850 atau 27 miliar tapi yang pasti adalah jumlahnya banyak sekali dan jika tidak dimanfaatkan maka yang akan bisa berhasil hidup hanyalah 0.01%.
6. Tahukah anda bahwa lobster tidak termasuk mahluk hidup yang akan punah, tidak termasuk dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Jadi kekhawatiran bahwa lobster akan punah terlalu mengada-ada.
7. Berdasarkan perhitungan para ahli lobster, potensi BL yang bisa ditangkap oleh nelayan kita per hari adalah 2 juta ekor. Sedangkan kebutuhan untuk mensuplai keramba keramba lobster yang ada di seluruh Indonesia saat ini hanyalah 5 juta ekor per tahun. Paham sampai di sini mengapa kita membolehkan ekspor benih lobster?
8. Apakah Indonesia perlu meningkatkan budidaya si sexy lobster agar seluruh benih lobster bisa kita besarkan? Yes, tentu saja. Itu adalah impian kita semua bahwa Indonesia bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya dari lobster.
Tapi bagaimana caranya? Ya harus banyak orang yang mau melakukan budidaya tersebut. Saat ini MKP mengimbau para pengusaha, investor untuk masuk ke dunia sexy lobster tersebut. Tidak mungkin kita bisa, jika tidak ada yang mau membantu para petambak dan nelayan ini.
Jika ada konglomerat seperti Bapak Hashim Djojohadikusumo yang tergerak hatinya untuk masuk ke dunia lobster patut diapresiasi. Bahkan istilah Bapak Rokhmin Dahuri (mantan MKP 2001-2004) orang orang seperti ini patut “disembah” karena peduli terhadap nasib bangsa kita.
Mengapa demikian? Saat ini jika mau jujur, budidaya lobster yang dilakukan di Indonesia belumlah bisa dikatakan berhasil, karena berbagai kendala seperti survival rate hanya 30-40% saja, pakan, bunga bank sehingga belum dianggap menguntungkan bagi para pemodal.
Oleh sebab itu sampai saat ini budidaya si sexy lobster masih banyak dilakukan sendiri oleh penduduk di daerah pesisir dengan skala terbatas. Paham sampai di sini bahwa para pemodal sangat dibutuhkan untuk menjadi bapak/ibu asuh bagi kelompok kelompok nelayan tersebut.
9. Hal yang juga menarik untuk diketahui adalah bahwa makanan lobster itu adalah kerang-kerangan, kepiting, landak laut, udang dan ikan kalau dia hidup di alam bebas.
Budidaya lobster di Indonesia, mereka menggunakan kebanyakan hanya ikan rucah karena jenis makanan lobster yang lain seperti kepiting, udang, kerang tentunya mahal dan lebih bernilai jual tinggi dibanding dijadikan pakan.
Yang mengejutkan bahkan lobster diberikan pakan ikan asin yang nilai gizinya sudah tidak ada, sehingga tidak heran kalau hasil lobster dewasa budidaya, kualitas dagingnya tidak sebaik hasil tangkapan alam.
Di sini jelas mata rantai budidaya di Indonesia belum mumpuni sehingga perlu adanya sistem atau pun teknologi untuk meningkatkan kemampuan tersebut dan sekali lagi, Bapak Ibu asuh sangat diperlukan, mengingat perlu adanya dana bagi peningkatan kualitas budidaya tersebut.
10. Tahukah anda bahwa di Vietnam, budidaya lobster sudah dimulai sejak 35 tahun yang lalu, sejak tahun 1975. Mereka sudah pengalaman merasakan pahit getir dan menjadi kaya dari lobster.
Di Indonesia baru dimulai awal tahun 2000. Begitulah, masih panjang jalan yang harus ditempuh oleh kita untuk bisa bersaing dengan Vietnam.
Kita bisa, jika seluruh stakeholders mau bergandengan tangan menuju cita-cita luhur tersebut, pemerintah, pengusaha, nelayan, dan petambak. Bersama kita kuat.
11. Sumber daya alam di laut kita sangatlah kaya dan jika tidak dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan rakyatnya maka bodohlah bangsa kita.
Saya ingin mengutip ayat di dalam Al Quran Q.S. AN-Nahl (16):14 : “Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan) dan kamu mengeluarkan dari lautan perhiasan yang kamu pakai: dan kamu melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya dan supaya kamu bersyukur”
Juga dari Alkitab Kejadian 1:28 :”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranak-cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan ikan di laut dan burung burung dan atas segala yang merayap di bumi”.
Kedua ayat tersebut jelas menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Besar telah memberikan segala yang ada di bumi kepada manusia dan tinggal kembali kapada kita bagaimana kita mempergunakannya dengan bijaksana.
Oleh Wakil Bidang Sinergi Dunia Usaha Komisi Pemangku Kepentingan dan Konsultasi Publik, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Agnes Marcelina