KedaiPena.Com – Pagi itu satu demi satu aula Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kelapa Nias 3 mulai kedatangan para ibu pengurus dan kader PKK dan Dasa Wisma Kelurahan Pegangsaan Dua Kelapa Gading. Sebagian di antaranya adalah para kader PKK dan Dasa Wisma senior, sebagian lagi adalah kader PKK usia milenial yang masih muda.
Selain mereka ada pula masyarakat umum dan para pengelola RPTRA dari wilayah Kelapa Gading yang hadir. Secara tertib mereka mengisi buku daftar hadir. Rupanya kedatangan mereka itu pada Kamis (19/9/2019) ke RPTRA Kelapa Nias 3 untuk mengikuti kegiatan yang cukup langka dan menarik, yakni literasi keayahbundaan, berupa Seminar Bahagia dan Sehat Pasca Melahirkan, bertema ‘Membentuk Anak Menjadi Generasi SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Riang, Terampil) dan Literat”.
Kegiatan itu kerjasama Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Sudin Pusip) Jakarta Utara dan Jaringan Anak Nasional (JARANAN).
Dua nara sumber dihadirkan untuk mengisi kegiatan itu, yakni Direktur Eksekutif JARANAN yang juga Konsultan Keyahbundaan dan Perlindungan Anak Nanang Djamaludin, dan Managing Direktor Indonesia Sehat Amira sekaligus praktisi kesehatan bagi warga miskin kota yang juga Dewan Pakar JARANAN Harida Bakrie.
Keduanya telah cukup malang-melintang di dunia literasi keayahbundaan dan kesehatan reproduksi.
Di hadapan puluhan peserta yang memadati aula RPTRA Kelapa Nias 3,
Harida Bakrie, yang merupakan pemilik Rumah Sehat Amira mengangkat bahasan “Menyiapkan diri prakehamilan dan Pascakehamilan Bagi Calon Bunda dan Ayah (Prenatal & Postnatal Care)”.
Harida meminta agar para ayah dan bunda, atau para calon ayah dan bunda, dapat menyiapkan diri sebaik-baiknya, dari segi kesehatan fisik, psikis dan mental, ketika memutuskan untuk memiliki anak, baik itu untuk anak yang pertama kalinya maupun untuk anak yang berikutnya.
Hal itu menurutnya penting, mengingat proses kehamilan dan persalinan merupakan pertaruhan hidup dan mati bagi seorang istri dan si jabang bayi itu sendiri. Risiko besar itu bisa minimalisir diantatanya lewat penciptaan kondisi kesehatan fisik dan psikis yang baik, dan asupan gizi yang memadai. Serta pendampingan yang baik dari sang suami setia dan siaga sepanjang proses kehamilan dan saat menyongsong kelahiran anak yang diharapkan sehat dan normal.
“Perlu diingat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Anak (AKA) dalam proses persalinan dan pasca persalinan termasuk tinggi di Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu fase kehamilan dan pasca persalinan seorang istri, sebenarnya itu bukan melulu wilayah yang harus dihadapinya sendirian. Seorang suami pun harus mengambil peran signifikan dalam menunjang dan memastikan sang istri tercinta dan anak yang akan atau telah dilahirkannya dapat berada dalam kondisi sehat dan bahagia sebagaimana diharapkan.
Di bagian lain, Harida pun menjelaskan tentang beragam metode kontrasepsi dari segi manfaatan dan kelemahannya bagi para bunda yang ingin mengatur jarak kehamilan atau membatasi kehamilan.
“Ketika seorang ibu berada di usia 35 tahun, sebaiknya menghindar dari penggunaam alat kontrasepsi hormonal. Tapi gunakanlah kontrasepsi seperti kondom, spiral, steril atau tubectomy,” sarannya.
Sementara di sesi berikutnya Nanang Djamaludin yang merupakan penggagas konsep Literasi Keayahbundaan menyampaikan materi berjudul “Landasan dan Praktik Ilmu Keayahbundaan Bagi Pasangan Suami-Istri dan Calon Orangtua.
Ia mengawali materinya dengan sebuah perumpamaan, “Jika diantara kita membeli barang elektronik atau handphone baru, misalnya, maka di dalam kardus produk itu tersedia ‘manual book’ tentang cara lengkap mengoperasikan produk itu sebaik-baiknya.”
Namun, lanjutnya, tidak demikian dengan anak sebagai produk biologis kedua orangtuanya. Saat anak dilahirkan, orangtuanya tidak pegang sama sekali ‘manual book’ tentang bagaimana cara membesarkan, mengasuh, dan mendidik anak secara benar dan sukses sesuai dambaannya.
Menurutnya, pola pengasuhan dan pendidikan anak yang diterapkan banyak orangtua saat ini lebih merupakan warisan dari pola pengasuhan dan pendidikan anak yang diterapkan orangtuanya dahulu, dan dari nenek-kakek sebelumnya.
“Misalnya, seorang anak melakukan tindakan tertentu yang dianggap nakal orangtuanya, lalu ia dijewer telingamya oleh orangtua atas kenakalan itu. Saat anak itu beranjak dewasa lalu menikah dan punya anak, maka ia pun cenderung menjewer anaknya yang kedapatan nakal seperti dirinya dulu. Di situlah proses pewarisan pola pengasuhan dan pendidikan anak berlangsung, Boleh jadi itulah satu-satunya ‘manual book’ bagi banyak orangtua terhadap anaknya,” jelasnya.
Dalam pandangannya, warisan pola pengasuhan dan pendidikan anak di dalam keluarga itu, meskipun ada saja yang baik, namun tidak sedikit juga yang sebenarnya keliru ditinjau dari pengetahuan ilmiah terkait dampak-dampak perlakuan buruk terhadap anak di fase-fase perkembangannya.
“Sehingga bagi banyak para orangtua, upaya untuk terus memperbaiki dan memperbarui pemahamannya tentang ilmu dan praktik ilmu keayahbundaan yang baik dan tepat berdasarkan gugusan pengalaman praktik pengasuhan dan pendidikan yang benar, serta terverifikasi secara faktual dan ilmiah, merupakan keharusan bagi banyak orangtua dalam mengawal proses tumbuh kembang anaknya ke arah yang meluhurkannya,” ujarnya.
Menurut Nanang, kehendak orangtua membentuk anak yang SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Riang, Tampil) dan Literat, yang semua itu dibimbing budi pekerti luhur dari anaknya itu, maka landasan bagi ilmu dan praktik keayahbundaan yang harus dimiliki dann diterapkan oleh para orangtua harus pula SMART. Yakni Spiritual value, Method, Attending, Responsif, Transformative.
Kemudian ia menjelaskan satu persatu konsepnya itu dihadapan para peserta sambil diselingi gambar-gambar dan film inspiratif yang membuat para peserta enggan beranjak ketika tanpa terasa waktu kegiatan seminar sudah habis.
Bunda Hafiz Alica, seorang ibu milenial yang menjadi peserta acara itu merasa tercerahkan dan memperoleh manfaat lewat kegiatan itu.
“Tapi sayangnya terbatas oleh waktu. Mudah-mudahan kelak dipertemukan kembali agar lebih banyak ilmu yang didapat dari Bunda Harida Bakrie dan Mas Nanang,” ungkapnya.
Laporan: Muhammad Lutfi