KedaiPena.Com – Harimau Sumatera merupakan spesies yang akan menjaga stabilitas ekosistem alami. Kepunahan harimau Sumatera, hanya akan menyebabkan terganggunya stabilitas rantai makan.
Demikian disampaikan oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno dalam Webinar Internasional HUT PR-HSD ARSARI dan Global Tiger Day, Kamis, (29/7/2021).
Acara ini dipandu Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai moderator. Hadir pula dalam webinar tersebut, Head Of The Arsari Djojohadikusumo Foundation (YAD) Hasyim Djojohadikusumo dan Program Director Global Tiger Initiative, WBITI at The World Bank, Keshav Varma.
Wiratno sendiri mengutip, tulisan dari buku Enric Sala Explorer-in-Residence at the National Geographic Society yang berjudul nature of nature, Why We The Need.
“Kepunahan harimau akan menyebabkan terganggunya stabilitas rantai makan dan mungkin akan bisa menyebabkan ecological catastrophe seperti yang pernah terjadi di Yellow Stone National Park karena kepunahan Serigala (1920-1994),” ujar Wiratno.
Oleh sebab itu, lanjut Wiratno, KLKH sendiri berkomitmen untuk menjaga kelestarian harimau Sumatera dengan berbagai cara.
Pasalnya, menurut Wiratno, saat ini ada 23 kantong habitat harimau Sumatera. Terlebih yang berada di kawasan non konservasi.
“Tentu harus kita lihat problem yang dihadapi di daerah non kawasan konservasi juga nya ada berbagai macam perubahan industri menjadi kebun. Menjadi tantangan kita bersama jika 60 persen habitat diluar area sistem maka kita harus bekerja habis-habisan dengan all stakeholder di luar kawasan konservasi,” papar Wiratno.
Wiratno melanjutkan, KLHK sendiri sudah mengimplementasikan peraturan menteri nomor P.48 tahun 2008 dengan membentuk stagas yang fokus dalam penanganan konflik harimau Sumatera dengan manusia.
“Satgas dibentuk di provinsi Aceh, Bengkulu, Riau, Lampung dengan melibatkan pihak terkait. Kemudian pembentukan 22 unit tim rescue di 18 UPT beserta sarana pendukungnya,” papar Wiratno.
Wiratno menambahkan, pembentukan satgas penanganan konflik antara manusia dan harimau Sumatera juga dibarengi dengan mengembangkan konsep desa mandiri konflik satwa liar.
“Kemudian pengembangan kandang anti satwa liar dan pemberitahuan kepada masyarakat sekitar habitat satwa liat yang tadi sampaikan di kawasan konservasi terutama di daerah yang merupakan habitat harimau Sumatera,” pungkas Wiratno.
Laporan: Muhammad Hafidh