KedaiPena.Com – Terlihat ada yang berbeda pada pasar-pasar di Kota Banjarmasin dalam kurun waktu 3 minggu terakhir. Anak-anak muda terlihat berbondong-bondong menyambangi pasar dan melakukan berbagai atraksi.
Sutan, salah satu pedagang makanan di sektor kuliner Pasar Blauran Banjarmasin menyatakan bahwa anak-anak muda itu berasal dari komunitas seni di seluruh Banjarmasin dan mahasiswa dari 6 universitas dan sekolah tinggi yang sedang melakukan kegiatan Festival Pasar Rakyat.
“Sudah 3 minggu ini kak, banyak kegiatan yang diselenggarakan di pasar-pasar. Ada yang nari, puisi, Ada juga yang melakukan seperti mengajar gitu. Nanti malam ada pemutaran film di Pasar Cempaka,†ujarnya di Banjarmasin, ditulis Minggu (16/9/2018).
Panitia Festival Pasar Rakyat yang berasal dari Komunitas NSA Project Marissa menjelaskan bahwa keterlibatan komunitas dan mahasiswa pada acara Festival Pasar Rakyat 2018 ini merupakan suatu kolaborasi yang diusulkan oleh Yayasan Danamon Peduli untuk meningkatkan keterikatan masyarakat pada pasar.
“Selain 49 komunitas ada Universitas Lambung Mangkurat, IAIN Antasari, Universitas Islam Kalimantan, STMIK Indonesia Banjarmasin, STEKPI PGRI dan Politeknik Banjarmasin yang menyelenggarakan acara seni, seperti tari, jurnalistik, teater di beberapa pasar setiap akhir minggu,†kata Marissa.
Marissa memaparkan Festival Pasar Rakyat yang mengangkat tema Bakunjang Ka Pasar (Ayo Ke Pasar) ini memang menyelenggarakan pertunjukan seni dan berbagai pelatihan adalah untuk menarik minat pengunjung untuk datang ke pasar.
“Yang istimewa adalah konsep pementasan yang mengambil setting pasar tanpa melakukan penambahan apapun. Jadi tampil begitu saja, tanpa ada panggung maupun lighting. Ini menjadi suatu tantangan sendiri dari setiap para pendukung acara,†papar Marissa.
Untuk melibatkan para pedagang pasar dalam acara ini, Marissa menceritakan diadakan beberapa perlombaan yang khusus diikuti oleh para pedagang dan juga beberapa pelatihan untuk meningkatkan kualitas pasar.
“Misalnya, kemarin itu ada perlombaan Acil Bengkeng. Acil itu sebutan untuk ibu-ibu pedagang dan Bengkeng itu cantik. Jadi seperti lomba cantik-cantikan gitulah. Selain itu juga ada acara bebersih pasar yang kami lakukan bersama pedagang. Ada juga edukasi kesehatan dan pemadam,†ujarnya.
Kegiatan membangkitkan kenangan pada pasar juga dilakukan dengan menggelar pemutaran film pendek di salah satu bioskop yang sudah tidak dipergunakan.
“Dulu ada bioskop di Pasar Cempaka itu, cuma sudah gak ada lagi. Jadi kami ingin membangun nostalgia dari generasi ibu bapak kami, untuk datang lagi ke Pasar Cempaka, dengan memutar 3 film pendek disitu,†kata Marissa.
Novriandy Saputra, dosen seni pertunjukandi salah satu perguruan tinggi Banjarnasin dan penggiat melihat kegiatan ini merupakan suatu tantangan bagi para komunitas seni.
“Pas menawarkan ke para pekerja seni, semua ini melihat sebagai tantangan. Melihat bagaimana pasar menjadi suatu panggung berekspresi dengan tidak merubah pasar tapi esensi kegiatan bisa masuk ke dalam pasar,†kata Novri.
Novri melihat kegiatan ini menunjukkan sisi lain dari pasar, yang bukan hanya sebagai ruang ekonomi tapi juga sebagai ruang kultural.
“Setelah ini, saya yakin pasar akan bisa menjadi salah satu ruang pertunjukan di Banjarmasin,†tegasnya.
Novri mengharapkan untuk kedepannya bisa tetap menjalin kerjasama yang baik dengan Dinas Pasar maupun pemerintah daerah untuk menjadikan pasar sebagai ruang budaya dan ruang sosial.
“Dari segi komersil, mungkin dalam 2-3 tahun kedepan belum bisa. Tapi ya tergantung pemerintah untuk membangun insfrastruktur pasar juga. Orang-orang pasar terlihat memiliki perspektif baru tentang kegiatan yang dilakukan di wilayah mereka. Jadi mereka senang,†ucap Novri.
Laporan: Ranny Supusepa