KedaiPena.Com – Penggagas Citarum Harum Letjen TNI (Purn.) Dr. (H.C) Doni Munardo mengungkapkan, awalnya mula sungai terpanjangan di Jawa Barat itu dibersihkan.
Menurut Doni Monardo, gerakan tersebut dimulai saat berkembangnya Informasi dari berbagai pihak mengenai Citarum yang menjadi sungai terkotor sedunia.
Demikian disampaikan oleh Doni Monardo dalam kegiatan webinar bertema Sungai Bersih dan Habitatnya Layak Huni, Bisakah?, Jumat (1/10/2021).
“Jadi program citarum tidak terlepas dari masukan ibu Erna Witoelar saat bertukar pikiran bersama dengan semua komunitas citarum yang ada di kota bandung,” ucap Doni Monardo, ditulis, Sabtu, (2/10/2021).
“Kemudian salah satu juga yang memberikan informasi sungai citarum sebagai sungai terkotor didunia itu adalah saudara Giri warga negara Francis yang menetap di Bali, dan saya sebagai warga negara dan abdi negara saya merasa sangat prihatin dengan informasi yang diberikan oleh banyak komunitas,” sambungnya.
Ia menyampaikan, saat dirinya menjadi Panglima Kodam Siliwangi kerap melakukan pembenahan. Utamanya, terkait masalah menyusun regulasi agar program Citarum dapat berkelanjutan.
“Citarum pada pdriode akhir tahun 2017, sampah limbah industri, ada 3000 lebih industri tekstil yang ada di wilayah sungai Citarum sebagai penyumbang limbah terbesar dan itu tidak ada upaya yang cukup maksimal terutama, termasuk penegak hukum kepada mereka yang membuang limbah,” katanya.
Ia juga mengibaratkan, sungai Citarum sebagai tempat sampah raksasa, bahkan terdapat limbah medis yang dibuang. Lebih parahya ditemukannya sampah kantong darah yang bertuliskan HIV AIDS.
“Dan ada potongan bagian tubuh manusia ya mungkin bekas oprasi itu kita temukan. Jadi saya meminta staff untuk melakukan penelitian sample air dari hulu sampai hilir sungai Citarum, itu mengandung logam berat termasuk bakteri. Jadi betapa mengerikannya Citarum, dan saya mengatakan kerusakan ekosistem lebih parah dari ancaman terorisme, karena dampak yang ditimbulkan itu luar biasa sekali,” imbuhnya.
Doni mengakui, jika pekerjaan membersihkan Citarum tersebut tidak bisa dilakukan oleh satu institusi saja. Tetapi melibatkan seluruh komunitas dan seluruh warga terlibat.
“Nah disini saya mengedepankan kata pentahelix kolaborasi berbasis komunitas dan menurut saya ini implementasi sila sila pancasila,” ujarnya.
Selain itu, Doni mengatakan, pada bagian hulu Citarum mengalami kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Hal itu lantaran puluhan ribu hektar lahan di hulu Citarum sudah terkelupas kulit permukaannya.
“kita bisa melihat menderitanya Citarum dari hulu sampai bagian tengah, terutama di kawasan yang padat penduduk dan khususnya mayoritas industri tekstil tidak mematuhi aturan dan tidak memiliki untuk pengelolaan limbah,” jelasnya.
Citarum merupakan sebuah penggalangan kata dari ci dan tarum, tarum merupakan jenis tanaman. Namun yang terjadi kita tidak menemukan lagi satu batang pun tanaman tarum di bantaran sungai Citarum.
“Saya minta dari teman-teman Kodam dan yang lain untuk mencari pohon tarum, dan ketemu lah itu di daerah Jawa Tengah. Kemudian kita beli kemudian kita semai dan bibitkan serta di tanam kembali di wilayah Citarum,” katanya.
Menurutnya, program lingkungan tersebut harus kembali pada kearifan lokal dan mempelajari kembali tentang budaya, sehingga diperlukan kolaborasi berbasiskan komunitas.
“Alhamdulillah komunitas yang di Jawa Barat bergerak termasuk akademisi, para pakar, seniman termasuk para ulamanya dan lainnya,” ungkapnya.
Dirinya mengungkap, pada akhir tahun 2017 dirinya melaporkan terkait sungai Citarum kepada Presiden Joko Widodo, dan menyampaikan diperlukan sebuah peraturan yang dimana melibatkan TNI, Polri, Pemda dan juga masyarakat.
“Bicara tentang sungai, berbicara tentang ekosistem, berbicara tentang prilaku, sehebat apapun konsep yang kita buat sebesar apapun anggaran yang disiapkan untuk pemulihan tidak akan pernah berhasil. Sebelum kita mampu mengubah prilaku masyarakat dan semua pihak turut serta,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi