KedaiPena.Com – Meski diguyur hujan, kegiatan diskusi dan pagelaran seni di taman Lily Suhairy yang berada di Jalan Listrik Kota Medan, Sabtu (24/12) malam yang digagas Komunitas Lily Suhairy Adalah Kita (LIAT) Medan tetap berlangsung.
Dalam kegiatan bertajuk membangun taman kota sebagai ruang seni dan edukasi dan pergelaran seni tersebut, hadir Kadis Budaya dan Pariwisata Hasan Basri, seniman dan pemred media cetak Bersihar Lubis, akademisi dan praktisi seni Duta Syailendra, dan anggota DPRD Kota Medan Ilhamsyah.
“Diskusi yang berjalan selama kurang lebih dua jam setengah. Masing-masing pembicara memaparkan pandangannya tentang urgensi konsep ruang terbuka hijau yang layak bagi masyarakat kota Medan,†kata Kordinator ‘Liat’ Medan, Bobi Septian dalam siaran pers kepada KedaiPena.Com, Minggu (25/12).
Menurut Bobi, diskusi tersebut menyimpulkan keinginan agar digelar diskusi rutin di taman tersebut. “Diharapkan setelah diskusi ini, agenda rutin LIAT Medan dikelola dengan baik untuk menunjukkan eksistensi dan geliat para kalangan anak muda kreatif serta kreator yang mampu mengisi taman Lili Suheri secara konsisten nantinya,†katanya.
Bobi menambahkan, diusulkan pula sebuah perubahan nama di jalan dimana taman Lily Suhairy berada. Hal tersebut untuk mendorong sosialisasi keberadaan Tama tersebut kepada masyarakat secara meluas.
“Hal menarik lainnya, diusulkannya perubahan nama jalan Listrik agar menjadi Jalan Lily Suhairy agar eksistensi taman Lily Suhairy semakin meluas di tengah-tengah masyarakat. Meski begitu, perubahan nama ini butuh kajian lebih lanjut,†imbuhnya.
Disebutkan, diskusi dan pagelaran tersebut diisi berbagai penampilan dari anak-anak muda kreatif kota Medan. Diantaranya tarian, karya lukis, Â puisi musikal yang di padu dengan treatrikal, film dokumenter serta musik.
“Juga mempertunjukan penampilan salah satu pelukis senior acil yang hanya menyelesaikan karya lukisan yang berjudul liat Lily Suhairy dalam tempo kurang 3 jam, membuat para pengunjung takjub,†pungkas pemuda berambut gondrong ini.
Diketahui, Lily Suhairy dikenal sebagai pahlawan dan musisi Sumatera Utara di era perjuangan meraih kemerdekaan. Sebuah kisah Lily, yakni saat pesawat Sekutu menungkik dan memberondong secara membabi buta Stasiun Kereta Api Aras Kabu, Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Puluhan orang tewas termasuk diantaranya salah satu dari rombongan musisi tergabung dalam Orkes Studio Medan (OSM) yang ketika itu sedang bersiap-siap hendak menuju Pematangsiantar untuk mengadakan pertunjukan musik.
Di kalangan musisi dan seniman Tanah Air dari era tahun 1940-an, Lily Suhairy sangat dikenal sebagai seorang tokoh komponis dan pejuang yang jujur. Karya- karyanya, sempat  memasyarakat di era perang kemerdekaan. Salah satu karyanya yang cukup populer berjudul Pemuda Indonesia. Lagu ini sempat membuat  Lily Suheiry ditangkap dan disiksa oleh Netherlands Indies Administration (NICA) serta ditahan selama tiga bulan.
Lily sangat dikenal dengan karya musiknya yang mengambarkan semangat untuk berjuang meraih kemerdekaan. Tidak hanya itu, di masa kedudukan Jepang, Lily juga sempat ditangkap oleh Kompetai  merupakan pasukan rahasia Jepang karena lagunya ‘O Bayang’ bernada anti Jepang disiarkan oleh  pemuda Indonesia di Radio Jepang Hoso Kiyoku.
Pria kelahiran Bogor 23 Desember 1915 ini sejak kecil sudah lebih menyukai kesenian daripada harus tekun dengan pelajaran sekolah. Lily wafat di Rumah Sakit Kodam I Bukit Barisan, Medan, pada 2 Oktober 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jalan Sisingamangaraja, Medan.
Laporan: Dom