KedaiPena.Com – Upaya untuk menjaga, melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan menjadi amanah tersendiri generasi bangsa hari ini. Upaya itu dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Seperti yang dilakukan oleh pengelola Museum Pusaka Nias di Gunung Sitoli, Sumatera Utara. Museum yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di kota Gunung Sitoli itu, menggelar event pertunjukan tarian kebudayaan khas nias secara rutin setiap bulan, yakni setiap tanggal 22.
“Ya, kita melaksanakan pertunjukan setiap bulan, tiap tanggal 22. Pertunjukan kita gelar di kompleks Museum,†ujar penanggungjawab ruang pameran Faoziso”khi Laia kepada KedaiPena.Com baru-baru ini.
Pertunjukan itu adalah tarian-tarian khas Nias yang disajikan secara asli dan belum dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan luar.
“Contohnya, cara penyambutan tamu pada zaman dahulu, asli tanpa banyak yang mempengaruhi dari unsur-unsur (kebudayaan) luar,†kata Faoziso`khi.
Tarian itu adalah tarian yang biasa dilakukan saat berlangsungnya sebuah pesta dalam acara adat masyarakat Nias. Diantaranya adalah Tarian Hiwo` dan tarian Bo`lihae.
“Tarian Hiwo` itu diperagakan dengan berpegangan tangan dan saling serong. Sementara tarian Bo`lihae itu awalnya kalau dari pihak tamu, mereka lakukan sebelum sampai di depan rumah orang yang melakukan pesta, tarian Bo`lihae dilakukan hingga di depan rumah pihak yang melakukan pesta,†terang Faoziso`khi.
Tarian lainnya yang dipertunjukkan yakni Tarian Humba, yakni tarian penyambutan yang dilakukan oleh tuan rumah kepada para tamu yang datang dalam sebuah pesta. Dalam tarian Humba, tamu dan tuan rumah dibatasi oleh perempuan yang disebut sebagai oto-oto wa amate.
“Jadi mereka nanti saling melompat, baik tuan rumah maupun tamu. Ketika tidak terjadi apa-apa (pertengkaran-red), dan disitu diuji kesabaran. Jika tarian itu lancar, lalu salah satu dari mereka (tuan rumah dan tamu) akan melakukan apa yang disebut lahuhugo`, dan itu sebagai tanda mereka saling menerima,†urai Faoziso`khi.
Tarian terakhir yang dilakukan yakni Tarian Moyo. Sebuah tarian dari pihak tuan rumah kepada para tamu. “Tarian Moyo itu salah satu tari yang digunakan untuk menyuguhkan sirih kepada tamu, tarian ini dilakukan oleh tuan rumah,†katanya.
Faoziso`khi menambahkan, pertunjukan kebudayaan di Museum Nias akan dilakukan secara terus menerus. Tak hanya ke empat tarian itu, menurut Faoziso`khi pihaknya selaku pengelola akan berusaha menampilkan berbagai tarian dan kebudayaan khas Nias lainnya.“Dan kita ingin yang tampil itu murni tanpa kreasi,†pungkasnya.
(Dom)