KedaiPena.Com – Permasalahan air yang terjadi di Gunungkidul sudah sejak lama. Bahkan, saking parahnya jika musim kemarau di Gunungkidul ada istilah sapi meminum sapi.
Demikian disampaikan oleh Anggota Komisi V DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) DI Yogyakarta, Sukamto saat menyoroti permasalahan air bersih di daerah pimpinan Bupati Sunaryanta tersebut.
“Menurut saya itu sudah penyakit lama bahkan dari zaman nenek moyang kita dulu bahwa di Gunungkidul itu ibarat musim kemarau begini sapi itu minum sapi, kerbau minum kerbau, kambing minum kambing yang dimaksud punya kambing 10, yang dua dijual buat minum yang 8 kambing,” kata Sukamto, Sabtu, (14/8/2021).
Potensi masalah dan kekeringan air ini, kata Politukus PKB akan semakin parah jika musim kemarau datang. Untuk saat ini sendiri ada tanda- tanda untuk musim kemarau panjang.
“Kalau kemarau panjang ini akan repot. Kadang ada hujan kecil 2 minggu sekali atau 1 bulan itu sama sekali tidak berarti,” papar Sukamto.
Untik mengantisipasi situasi ini, kata dia, pertama harus mengerahkan tangki guna mengantispasi dampak jangka pendek. Sedangkan opsi yang kedua harus memperbanyak pompa air dan tandon air.
“Memang yang namanya tandon air itu seberapa isinya, yang 10-20 kubik sudah raksa itu besar dan semua rakyat bisa memiliki. Jadi itu air hujan yang ditampung, itu kan hanya berapa lama kemampuan karena setiap hari yang mandi, minum, mencuci menggunakan air,” papar Sukamto.
Sukamto menegaskan, bahwa permasalahan air di Gunungkidul sedianya harus dapat menjadi kewajiban pemerintah baik kabupaten, provinsi ataupun pusat.
“Sehingga harapan saya tidak hanya kabupaten, marena kabupaten saja pasti kesulitan. Bila perlu mendapatkan bantuan dari provinsi dan jika perlu bantuan dari pusat,” papar Sukamto.
Sukamto menegaskan, akan menjadi aneh jika di momentum HUT RI yang ke 76 masih ada masyarakat yang kesulitan untuk minum.
“Merdeka 76 tahun masyarakat masih kesulitan untuk minum, bagaimana untuk makan, kalau makan minum kesulitan apalagi untuk pendidikan. Kalau pendidikan itu macet ya otomatis orang itu menjadi bodoh dan akhirnya ekonomi jadi macet juga,” papar Sukamto.
Laporan: Muhammad Hafidh