KedaiPena.Com- Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI di bawah pimpinan Prabowo Subianto dinilai berhasil menyiapkan sejumlah program pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan. Program-program tersebut dipandang telah sukses untuk menciptakan Indonesia lebih aman dan memiliki pertahanan negara kuat.
Demikian hal itu disampaikan Anggota Komisi I DPR Fraksi Partai Demokrat Anton Sukartono Suratto menanggapi penilaian buruk dari capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut Ganjar Pranowo kepada kinerja Prabowo sebagai Menhan.
“Kemhan yang saat ini dipimpin pak Prabowo melakukan program-program pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan yang mana telah berhasil menciptakan Indonesia yang lebih aman dan pertahanan negara yang lebih kuat,” kata Anton, Selasa,(9/1/2024).
Anton memaparkan keberhasilan Prabowo sebagai Menhan dapat terlihat dari pencapaian target sasaran pokok pembangunan bidang pertahanan dan keamanan.
Hal itu antara lain pencapaian Minimum Essential Force (MEF), kontribusi industri dalam negeri terhadap industri pertahanan hingga pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil.
“Laju prevalensi penyalahgunaan narkoba dan kesejahteraan prajurit sebagai garda pertahanan terdepan,” beber Anton.
Tak hanya itu, Anton menyebut, bahwa di masa kepemimpinan Prabowo Kemhan RI target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) memiliki tujuan dan sasaran jelas.
“Sasaran yang jelas dengan berorientasi pada hasil pencapaiaan program-program sesuai target RPJMN 2020-2024 tersebut dan seluruh pembahasan program kerja Kemhan selalu dibahas dan diskusikan secara konsisten antara Pemerintah dan DPR,” beber Anton.
Anton juga menerangkan, tolak ukur keberhasilan kinerja seorang menteri pertahanan salah satunya adalah pencapaian target RPJMN di bidang pertahanan dan keamanan.
“Yang telah diputuskan oleh panglima tertinggi pertahanan yakni Presiden,” tegas Anton.
Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat (Jabar) ini melanjutkan, di zaman kepemipinan Prabowo Subianto sebagai Menhan sejumlah alutsista produksi industri pertahanan nasional saat ini turut memenuhi kekuatan TNI.
“Walaupun beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat tempur, kapal perusak, roket, rudal, UCAV, dan radar masih belum mampu didukung,” jelas Anton.
Meski demikian, Anton memahami, belum maksimalnya dukungan disebabkan karena adanya keterbatasan dalam penguasaan teknologi kunci dan kemampuan integrasi sistem.
“Dua hal tersebut, merupakan syarat agar industri pertahanan dapat meningkatkan kontribusi bagi pemenuhan alutsista TNI sekaligus memiliki daya saing internasional guna menjadi bagian dari global supply chain,” beber Anton.
Anton pun menyambut baik langkah Prabowo atas dukunganya untuk menyempurnakan penguasaan teknologi kunci dan kemampuan integrasi sistem pertahanan RI.
Menurut Anton, Prabowo telah
telah melakukan beberapa kerja sama regional, bilateral, maupun multilateral sesuai dengan amanat Pasal 48 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
“Dengan tujuan percepatan peningkatan penguasaan teknologi pertahanan dan keamanan, meliputi pendidikan, pelatihan, alih teknologi, litbang, perekayasaan, produksi, pemasaran, serta pembiayaan yang kemudian diimplementasikan oleh industri pertahanan, maupun kerjasama langsung antar industri pertahanan,” imbuh Anton.
Anton menjelaskan, dalam membangun pertahanan dan keamanan mandiri yang kuat dibutuhkan waktu panjang dan biaya yang besar. Anton menekankan, hal tersebut tidak bisa selesai hanya dalam waktu 2-3 tahun saja.
“Apalagi dilakukan secara instan karena adanya keterbatasan SDM dan anggaran serta tantangan yang kompleks, maka dibutuhkan Rencana Program yang dituangkan dalam RPJMN apalagi ancaman ke depan adalah ancaman cyber dan pak Prabowo juga fokus kepada hal tersebut,” pungkas Anton.
Laporan: Sabilillah