KedaiPena.Com-Presidensi KTT G20 Indonesia diharapkan bisa menjadi tonggak penting sebagai orientasi multilateral politik luar negeri tanah air. Presidensi KTT G20 juga diharapkan mampu menunjukkan ketegasan politik luar negeri yang tidak memihak kepada siapapun atas potensi eksklusif perang Rusia dan Ukraina.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Demokrat Anton Sukartono Suratto merespons dampak politik Indonesia di dalam KTT G20. Penyelenggaraan KTT G20 sendiri berlangsung di Nusa Dua Bali, dari 15-16 November 2022.
“Dengan presidensi KTT G20 inilah diharapkan bisa dijadikan tonggak penting sebagai orientasi multilateral politik luar negeri Indonesia dan sekaligus menunjukkan ketegasan politik luar negeri kita yang tidak memihak kepada siapapun atas potensi eksklusif perang Rusia dan Ukraina,” ujar Anton begitu ia disapa, Selasa,(15/11/2022).
Anton mengingatkan, kondisi politik luar negeri Indonesia pasca reformasi hanya fokus perbaikan ekonomi domestik dan tidak memiliki kesempatan melakukan diplomasi multilateral melalui KTT.
“Indonesia baru bisa memulai untuk mengembalikan citra internasionalnya pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),” jelas Anton.
Anton menerangkan, bahwa Presiden SBY kala itu sangat memanfaatkan diplomasi untuk menaikkan peran Indonesia dalam percaturan global.
“Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional, namun juga berpartisipasi aktif dalam diplomasi global,” ungkap Anton.
Ketua DPP Partai Demokrat Jawa Barat ini menegaskan, KTT G20 merupakan momentum penting pemerintahan Jokowi dan Indonesia untuk memperoleh kredibilitas serta kepercayaan dunia dalam memimpin pemulihan global.
“Ini adalah momentum penting pemerintahan Jokowi dan Indonesia untuk memperoleh kredibilitas atau kepercayaan dunia, dalam memimpin pemulihan global,” ungkap Anton.
Atas dasar itu, lanjut Anton, Indonesia selaku Presidensi KTT G20 tahun 2022 diharapkan dapat mendorong kerja sama dan menginisiasi hasil konkret pada ketiga sektor prioritas yakni penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan transisi energi yang menjadi kunci pemulihan.
“Di bidang politik, sebagai Ketua G20, Indonesia dapat mendorong kerja sama dan menginisiasi hasil konkret pada ketiga sektor prioritas, yang strategis bagi pemulihan,” pungkas Anton.
Laporan: Muhammad Hafidh