Artikel ini ditulis oleh Ninoy Karundeng, Pegiat Sosial Media.
Jujur. Sampai saat ini diakui sendiri oleh Presiden Prabowo, pemerintahannya adalah kelanjutan dari Jokowi. Terbukti posisi menteri penting ada di para bekas menteri Jokowi. Menteri Keuangan misalnya. Serta seluruh kekuatan politik, kecuali Demokrat dan PDIP, ada di belakang Jokowi.
Kisah perang politik Jokowi hanya karena kepentingan pribadi. Jokowi masuk dalam daftar OCCRP sebagai salah satu tokoh terkorup di dunia. Ini tentu pukulan telak untuk Prabowo.
Karena jika Prabowo tidak segera keluar dari Jokowi, maka cengkeraman Jokowi tak akan bisa dilepaskan. Akibatnya, legacy Prabowo sebagai presiden runtuh.
Contoh, kasus Harvey Moeis dan Helena Lim adalah hasil kerja korupsi zaman rezim Jokowi. Maka keputusan hakim pun menggambarkan kekuatan para koruptor. Hukuman rendah. Bandingkan korupsi yang terkait dengan Benny Tjokro, yang didorong hukuman seumur hidup karena terjadi sejak rezim SBY.
Serta-merta Presiden Prabowo ikut berteriak keras; setelah netizen pro demokrasi menguasai jagad medsos. Harvery Moeis dan Helena Lim tertawa-tawa menerima vonis ringan; menabung Rp271 T.
Setelah 2 tahun di penjara, dipotong remisi-remisi, Harvey bisa bebas. Di kantongnya sudah punya Rp100 T misalnya atau Rp10 T. Hasil sisa berbagi dengan para begundal, hakim, dan kekuatan hukum hitam.
Teriakan Prabowo sungguh menjadi sesuatu yang luar biasa. Karena ini kali pertama Prabowo berseberangan dengan Jokowi. Lihatlah, kekuatan Jokowi masih bertengger tanpa batas.
Jokowi menjadi Presiden Bekas, seperti yang dilakukan oleh SBY yang tak rela legacy buruknya muncul. Dia tetap kampanye, safari Ramadan, selepas dia jadi mantan presiden. Hal sama dilakukan oleh Jokowi saat ini. Namun, dengan tujuan lebih jelas: mengerek Gibran menggantikan Prabowo.
Peta politik keras; dengan Jokowi menguasai parpol, dan ada 16 menteri bekas Jokowi tentu menunjukkan kekuatan Jokowi. Tak bisa disangkal.
Motivasi politik Jokowi adalah motivasi politik pribadi. Entah dengan Megawati, atau dengan lainnya. Nah yang digunakan adalah para politikus dan Prabowo yang didukung. Klop.
Maka yang akan terjadi di Indonesia adalah politik yang tidak stabil. Presiden Prabowo harus membuat keputusan politik untuk Indonesia. Untuk negara. Bukan untuk melayani Fufufafa atau Harvery Moeis, atau Blok Medan.
Prabowo harus mengenyahkan ambisi politik pribadi orang lain; yang akan merusak dirinya. Prabowo adalah ksatria yang ingat jasa Taufik Kiemas; Megawati. Dan, juga tentu peran bantuan Jokowi. Namun, bantuan untuk Prabowo menjadi Presiden RI dengan titipan pribadi. Gibran. Sementara Megawati membantu Prabowo ketika dia stateless; tanpa kewarganegaraan.
Drama politik yang belakangan terjadi, akan berakhir pada waktunya. Tentu rakyat melihat dan mendukung Presiden Prabowo. Dendam pribadi Jokowi untuk menghancurkan Megawati atau pun PDIP, tidak akan memberikan manfaat apapun untuk Prabowo.
Hal yang paling mengerikan sudah terjadi. PDIP dengan Pram dan Rano menggasak Ridwan Kamil. Artinya? Ada kekuatan yang tidak bisa dihitung: alam. Yang kembali ke alam, Tuhan, jika percaya, tentu akan mendapatkan pertolongannya. Kebenaran tetap ada; sepanjang ada manusia.
Zaman post-truth bukan berarti seluruh kebenaran baru bisa dibuat. Semua bisa diselesaikan dengan kampanye medsos. Contohnya, Harvey Moeis dan hakim sudah mempersiapkan media dan media sosial. Untuk membangun opini bahwa Harvey adalah korban; harus dicintai karena dia memiliki Sandra Dewi.
Tapi tim media Harvey Moeis tidak paham. Bahwa netizen bisa menilai mana Iblis Betina; mana Malaikat Jibril. Mana Sandra Dewi, mana Harvey Moeis. Ini sungguh terbukti.
Ketika pada akhirnya seluruh narasi pembelaan terhadap Harvey Moeis runtuh. Hingga Prabowo pun ikut berteriak minta Moeis dihukum 50 tahun. Atau hukuman seumur hidup seperti Benny Tjokro.
Publik waras berharap. Prabowo mampu menancapkan legacy-nya. Untuk NKRI. Untuk Indonesia. Prabowo harus mengenyahkan politik remeh-temeh. Politik pribadi yang tak bermutu yang dijalankan oleh orang lain; intrik politik antara Jokowi dengan Mega. Buanglah itu.
Dan, semua itu akan bermula ketika hakim nanti menghukum Harvey Moeis seumur hidup. Helena Lim juga seumur hidup. Jika Harvey Moeis dan Helena Lim dihukum 20 tahun; maka legacy Prabowo hancur berantakan.
[***]