KedaiPena.Com- Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Indonesia, Rizal Ramli, menjadi perhatian utama saat ia hadir dalam sebuah acara pentas seni dan budaya Melayu di Kampung Sembulang, Pulau Rempang.
Kehadiran Rizal Ramli di pulau ini tidak hanya untuk memeriahkan acara seni, tetapi juga untuk mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi di Pulau Rempang.
“Saya datang ke sini karena telah mendengar keadaan di Pulau Rempang yang sangat memprihatinkan,” ungkap dia dalam pernyataannya, Jumat,(10/11/2023).
Dalam pernyataannya, Rizal Ramli juga mengkritik keras rencana pemerintah yang ingin mengambil alih tanah hak adat warga setempat secara paksa. Menurutnya, langkah ini bertentangan dengan hak-hak masyarakat dan adat.
“Tetapi saya merasa aneh, jika hanya untuk pabrik kaca, sekitar 100 hektar lahan sudah cukup. Mengapa relokasi yang mencakup 17.000 hektar ini disetujui oleh pemerintah? Apakah ini hanya demi kepentingan bisnis? Ini jelas bukan langkah yang tepat,” tegasnya.
Rizal Ramli juga mengungkapkan latar belakang tersembunyi terkait Pulau Rempang, menyebutnya sebagai proyek yang diperuntukkan bagi pangkalan militer dan badan intelijen China.
Ia menjelaskan, siapa pun yang menguasai Pulau Rempang akan memiliki kendali atas Selat Melaka, yang merupakan jalur perdagangan utama dengan hampir 80% perdagangan dunia melalui laut.
“Siapa yang memiliki kunci Pulau Rempang akan memiliki kekuasaan,” tambahnya
Ia juga mengungkapkan bahwa pada awal tahun 2014, Presiden Joko Widodo pernah mengunjungi Beijing dan berjanji akan membangun pelabuhan besar, termasuk yang bisa digunakan oleh tentara China. Namun, rencana ini ditolak oleh gubernur setempat, mengingat kesulitan dalam melepaskan lahan di Kota Medan.
Rizal Ramli menyimpulkan bahwa permintaan China terhadap Pulau Rempang dan usaha untuk menggusur masyarakatnya adalah pengkhianatan terhadap rakyat Indonesia.
“Namun, kita harus tenang. Masa jabatan Presiden Jokowi akan segera berakhir, dan kita dapat berharap untuk perubahan yang lebih baik,” tutupnya.
Isu Pulau Rempang telah menjadi perbincangan hangat dan memunculkan pertanyaan tentang kepentingan geopolitik di wilayah tersebut.
Laporan: Muhammad Lutfi