KedaiPena.Com – Komisaris Independen PT Telkom, Marsudi Wahyu Kisworo, menghadiri konferensi 5G Summit yang diselenggarakan di Hotel Fairmont Barcelona, Spanyol, dari tanggal 14-16 Oktober 2019.
Marsudi turut memberikan keynote speaker dengan tema Smartcity Indonesia: Concept, Challenges, and Solution dihadapan sekitar 500 tokoh, pakar, dan pelaku bisnis telekomunikasi dunia.
Dalam kesempatan tersebut, Marsudi memaparkan konsep smartcity yang sesuai dengan kondisi di Indonesia yakni heterogen baik dari sisi sosial, budaya, ekonomi, dan penetrasi teknologi.
“Indonesia adalah negara yang sangat luas. Dari Sabang sampai Merauke itu hampir sama seperti dari London sampai Teheran. Bentangan yang luas ini dibarengi dengan heterogenitas sosial, budaya, ekonomi, dan penguasaan teknologi. Namun Indonesia sebagai sebuah bangsa direkat dalam sebuah persatuan yaitu negara kesatuan Republik Indonesia,” ujar Marsudi, Sabtu, (19/10/2019).
Marsudi melanjutkan, Indonesia memerlukan konsep smartcity yang berbeda dari negara lain lantaran bersifat homogen. Pada smartcity terdapat penerapan teknologi informasi yang canggih dan modern.
“Konsep smartcity Indonesia adalah pengelolaan daerah berbasis pada kearifan lokal di mana teknologi termasuk teknologi informasi menjadi enabler dalam inovasi-inovasi untuk peningkatan kualitas hidup warganya,” ujar Marsudi.
Marsudi melanjutkan, konsep smartcity Indonesia juga berbeda lantaran di negara lain hanya menjadi urusapemerintah daerah. Smartcity di Indonesia, kata Marsudi, melibatkan seluruh pemangku kepentingan stakeholder daerah.
“Karena Indonesia bertujuan untuk bersama-sama membangun budaya smart dalam bentuk inovasi-inovasi berkelanjutan sesuai dengan kearifan lokal daerah,” jelas Marsudi.
Marsudi mengusulkan, diterapkanya sebuah framework penerapan smartcity seperti yang sudah digunakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dalam Gerakan Menuju 100 Smartcity.
“Sebagai indikator kinerja smartcity bukanlah seberapa masif penerapan teknologi canggih, tetapi adalah inovasi-inovasi dan budaya smart dari seluruh pemangku kepentingan daerah terutama aparat pemerintahan, dunia usaha, dan warga masyarakat,” ungkap Marsudi.
Indikator yang dapat diukur dari smartcity, menurut Marsudi, adalah sensing yaitu kemampuan mengindera, measuring yakni kemampuan mengukur, analysing yakni kemampuan menilai.
“Lalu ada responding yaitu kemampuan menanggapi, serta re-thinking kemampuan belajar sehingga problem tidak berulang atau kinerja dapat meningkat,” tandas Marsudi.
Laporan: Muhammad Hafidh