KedaiPena.com – Peningkatan jumlah populasi baik di Indonesia maupun di global, menjadikan pangan sebagai aspek utama dalam kehidupan. Semakin banyak mulut yang harus makan. Sehingga, Indonesia seyogianya sudah mengambil langkah nyata dalam membangun kedaulatan pangan. Bukan hanya mengandalkan kebijakan impor.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyatakan pengembangan bioteknologi sangat penting, sebagai bagian inti mewujudkan ketahanan pangan. Karena membangun kedaulatan pangan, mutlak dilakukan melalui kedaulatan yang kita miliki.
“Artinya, tidak mungkin kita membangun kedaulatan pangan, dengan komponen utama pupuk kimia, yang salah satu unsurnya masih harus kita impor. Itu sama saja artinya kita membangun kedaulatan dalam kondisi kita tidak berdaulat,” kata LaNyalla, ditulis Minggu (14/8/2022).
Ia menegaskan bahwa para pendiri negara ini telah memberi pesan untuk menanam apa yang bisa tumbuh. Artinya, bioteknologi dapat dijadikan orientasi pembangunan kedaulatan pangan, dengan target hasil yang bisa dikembangkan, tahan terhadap perubahan iklim, aman dikonsumsi, serta berdampak positif terhadap lingkungan.
“Dan yang terpenting semua komponen tumbuh kembang serta sarana produksi ada di dalam negeri, karena bahan bakunya juga ada di dalam negeri. Jangan mengulang kesalahan masa lalu, ketika mengejar tingkat produksi dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida sebagai jalan keluar,” ujarnya.
Karena kebijakan tersebut justru membelenggu Indonesia. Karena selain merusak lingkungan, ada komponen utama yang harus diimpor untuk menjaga produksi pangan melalui pupuk kimia, yang sebagian komponennya, seperti phospat masih harus impor.
Lebih dari itu, dampak pestisida dan pupuk kimia yang larut ke tanah dan terbawa air hingga ke laut, memperburuk kualitas tanah, terumbu karang serta pencemaran pesisir. Sehingga berdampak terhadap sektor perikanan Indonesia.
“Dampak multi dimensi ini dalam jangka panjang membuat bangsa ini tergantung kepada impor beberapa komoditas pangan. Inilah yang menguntungkan para pemburu rente dari impor. Sehingga kondisi ini berlarut hingga hari ini,” ujarnya lagi.
LaNyalla menyebutkan jika bioteknologi sudah ditempuh oleh banyak negara sebagai peta jalan untuk memperkuat ketahanan pangan.
“Kita ketahui bahwa isu ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan isu penting selain energi hijau dan pemanasan global serta lingkungan. Dan secara teori, bioteknologi menjadi jawaban atas perubahan iklim global, krisis air, sekaligus pengurangan pestisida dan emisi karbon dunia. Itu jika orientasi bioteknologi dibaurkan dengan program lingkungan hidup dan energi hijau,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa