KedaiPena.Com- Kepala Badan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani menekankan, perlunya
mendobrak kebiasaan-kebiasaan yang menghambat inovasi dalam memberikan pelayanan kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Hal tersebut disampaikan oleh Brani begitu ia disapa saat melantik 3 Kepala UPT BP2MI dan 1 Pejabat fungsional Perencana Ahli Madya di Hotel Swissbell Maleosan Kota Manado, Rabu, (20/1/2021).
“Kita juga perlu mendobrak kebiasaan-kebiasaan yang menghambat inovasi. Seperti saat ini, pelantikan Bapak/Ibu dilakukan di UPT BP2MI. Biasanya Kepala UPT BP2MI dilantik di kantor Pusat, tapi saya tidak mau, saya ingin UPT BP2MI juga menjadi lokasi dimana sejarah-sejarah besar BP2MI ditorehkan, dan ini sudah kita mulai sejak peringatan Hari Pekerja Migran Indonesia 2020 lalu saat UPT BP2MI berlomba-lomba membuat perayaan terbaik untuk memperingati hari besar bagi Pekerja Migran Indonesia,” tegas Brani dalam keterangan tertulis.
Brani menegaskan, bahwa hanya orang-orang terpilih yang dipercaya untuk mengemban amanah perjuangan melindungi Pekerja Migran Indonesia dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Bagi Brani, tidak semua orang berkesempatan dalam hidupnya untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain, apalagi kepada para Pekerja Migran Indonesia yang merupakan pejuang keluarga, pahlawan devisa, duta pariwisata Indonesia.
“Kita adalah orang-orang yang diberi kepercayaan untuk membantu saudara-saudara kita mencari pekerjaan, menghidupi keluarganya, meraih cita-citanya,” papar Brani.
Oleh karenanya, lanjut Brani, jabatan perlu dimaknai secara mendalam bukan hanya dinilai sebagai pencapaian pribadi. Hal ini, lantaran jabatan bisa saja hilang kapanpun jika tidak diiringi dengan integritas, loyalitas, dan kerja keras dalam memberikan pelindungan kepada PMI.
“Setiap detik waktu kerja kita harus didedikasikan untuk menjadi produktif, menghasilkan prestasi demi mewujudkan PMI yang selamat, merdeka, berdaya, dan sejahtera. Karena apa? Karena seluruh gaji dan fasilitasi yang kita nikmati tidak jatuh dari langit atau diturunkan dari nenek moyang kita, tapi bersumber dari uang rakyat, jerih keringat masayarakat Indonesia,” tutur Brani.
Brani mengatakan, Kepala UPT merupakan perpanjangan tangan sekaligus wajah BP2MI di daerah. Kebijakan-kebijakan dari Pusat harus dikomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah masing-masing.
” Penolakan atau rasa acuh dari pihak lain terhadap kewajiban kita memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya pasti kita temui. Tapi itulah seninya menjadi pemimpin. Sekali lagi, pemimpin, bukan raja kecil. Karena pemimpin tidak akan lelah melakukan pendekatan berulang-ulang dan berkomunikasi dari hati ke hati dengan para pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan pelindungan Pekerja Migran Indonesia,” papar Brani.
Brani menerangkan, pemimpin juga harus merangkul jajaran dan stafnya untuk berlari bersama menghasilkan inovasi-inovasi pelayanan Pekerja Migran Indonesia.
“Mengajak jajaran dan stafnya untuk berani bermimpi, dan tanamkan semangat “berani bermimpi, berani mengeksekusi.” Karena inovasi-inovasi itu datangnya dari mimpi-mimpi yang dieksekusi,” ungkap Brani.
Brani mengungkapkan, akhir tahun lalu, hasil evaluasi UPT BP2MI telah dipresentasikan kepada dirinya. Evaluasi yang juga mendobrak kebiasaan lama, dimana penilaian hanya dilihat dari penyerapan anggaran dan jumlah penempatan serta penanganan kasus semata.
“Tapi ini evaluasi yang empiris dan komprehensif. Kita lakukan grading terhadap UPT BP2MI, dan teridentifikasi mana UPT yang kerja-kerjanya nyata dan berdampak, mana yang belum menunjukkan prestasi. Evaluasi yang sehat ini akan terus dilakukan untuk menentukan grading UPT BP2MI, menumbuhkan persaingan sehat dan positif antar UPT BP2MI dalam hal memberikan pelayanan prima dan pelindungan optimal,” tutur Brani.
Brani memastikan, persaingan sehat ini juga niscaya terjadi dengan telah dilantiknya para pejabat fungsional di lingkungan BP2MI melalui penyetaraan pada 23 Desember 2020 lalu.
“Ibu Sri Mulyani, yang hari ini dilantik, meraih jabatan Perencana Ahli Madya bukan karena penyetaraan yang merupakan hadiah dari Kepala BP2MI, tapi melalui jalur inpassing, mengumpulkan 492 angka kredit, dan mengumpulkan angka kredit sebanyak itu tidaklah mudah. Kerja keras seperti ini perlu dijadikan contoh bagi kita semua,” beber Brani.
Brani menambahkan, di era baru BP2MI, butuh pemimpin yang mampu mengorkestrasi organisasi sehingga organisasi dapat berfungsi dengan optimal.
“Kita butuh mereka yang mampu mengamplifikasi program dan kegiatan sehingga program dan kegiatan tidak hanya rutinitas, tapi memberikan dampak nyata kepada pekerja migran yang kita layani. Kita juga butuh mereka yang mampu mengglorifikasi kinerjanya melalui publikasi-publikasi di berbagai lini media massa dan media sosial sehingga seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat mengenal kita, mengenal BP2MI, menghormati pekerja migran kita,” tandas Brani.
Laporan: Muhammad Hafidh