KedaiPena.Com – Perundingan dalam menentukan batas maritim membutuhkan bukan hanya kapabilitas dalam bidang ilmu yang berkaitan secara langsung dengan pokok bahasan, yaitu hukum laut internasional dan geo-science tapi juga kemampuan negosiasi dan diplomasi.
“Geo-science ini meliputi geospasial, geodesi, geografi maupun bidang lainnya yang memiliki keterkaitan dalam pembahasan batas maritim. Itu kan bicara tentang hukumnya dan tekniknya tapi untuk mencapai suatu hasil yang baik dibutuhkan suatu diplomasi dan solusi politik untuk mencapai suatu kesepakatan yang adil untuk pihak yang terlibat,” kata Akademisi Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada Made Andi Arsana di sela FGD Delimitasi Batas Maritim, Rabu (28/11/2018).
Wawasan tentang hal ini, sayangnya tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Menurut Made, para generasi muda Indonesia, hanya tahu bahwa keberadaan Indonesia itu luas dan dua pertiganya adalah lautan.
“Umumnya hanya tahu bahwa laut kita itu luas. Tapi yang menariknya adalah batasan luasnya itu dimana dan apakah semua batasan itu diketahui oleh masyarakat. Jadi masih ada PR-nya untuk menghasilkan suatu kesepakatan, baik melalui mediasi atau jika tidak berhasil melalui arbitrase. Jika tidak berhasil juga baru ke persidangan. Dan jika sudah masuk ke persidangan, maka setiap negara yang terlibat harus mematuhi keputusannya,” kata Made lebih lanjut.
Indonesia sendiri saat ini memiliki 10 tetangga yang masing-masing memiliki kesepakatan sendiri terkait perbatasan.
“Saat ini ada beberapa kesepakatan yang sudah berjalan. Ada yang sedang menuju kesepakatan dan ada juga yang baru mau akan, seperti dengan Kepulauan Mikronesia. Inilah yang perlu diketahui oleh generasi muda. Karena apa yang dimulai saat ini, butuh waktu bertahun dan tentunya akan ada pergantian sumber daya manusia untuk melakukannya,” ujar Made.
Made sendiri merasa optimis, bahwa generasi muda sebenarnya memiliki ketertarikan yang sangat besar terkait masalah batas maritim ini. Hanya yang penting, bagaimana cara menyampaikan seni diplomasi dan ilmu tentang batas maritim ini.
“Saya sebagai seorang dosen, bisa melihat ketertarikan para mahasiswa saat saya menyampaikan materi ini. Jadi bukan mereka tidak suka hanya yang penting bagaimana kita bisa men-delivery dengan tepat tentang indahnya ilmu ini. Its not the product but the salesman,” ucapnya sambil tertawa.
Hal ini juga yang mendorong Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Kedaulatan Maritim untuk terus melakukan sosialisasi terkait delimitasi batas maritim. Tujuannya, adalah untuk memberikan ilmu dan pemahaman ke berbagai pihak untuk dapat tahu secara umum terkait cara mencapai suatu kesepakatan di bidang batas maritim.
“Tujuan kita untuk mengadakan pelatihan dengan melibatkan kelembagaan, institusi, akademisi dan media adalah untuk membuat, minimal, agar bisa diketahui kulit-kulitnya tentang cara mencapai dan menentukan batas maritim ini,” kata Asdep Perjanjian Maritim dan Hukum Kemenko Maritim Budi Purwanto disela-sela acara.
Harapannya, para mahasiswa dapat memahami dan menjalankan perannya dalam membantu pemerintah untuk dapat mencapai kesepakatan terkait batas maritim sesuai dengan keilmuan mereka masing-masing.
“Secara umum, cara melakukan negosiasi dan perhitungan dalam menentukan batas memang tidak diketahui secara mendalam oleh generasi muda kita. Karena memang harus dilakukakan oleh para ahli dan yang memiliki kemampuan untuk itu, yang harus diakui saat ini masih sangat terbatas sumber daya manusianya. Jadi kita bekerja sama dari semua bidang untuk melakukan pemahaman secara singkat bahwa semua itu membutuhkan keahlian dan ilmu,” pungkas Budi.
Laporan: Ranny Supusepa