KedaiPena.Com – Sambutan positif terkait penyesuaian tarif air PDAM Tirtanadi kembali datang dari warga pelanggan. Kali ini oleh masyarakat di Kecamatan Medan Barat.
“Seiring dengan upaya Tirtanadi terus meningkatkan pelayanannya, saya secara pribadi berpendapat tidak ada alasan bagi mereka (Tirtanadi-red) untuk tidak menaikkan tarif air,” kata Syahbuddin, Warga Kelurahan Sei Agul, saat menghadiri sosialisasi penyesuaian tarif air yang digelar pihak PDAM Tirtanadi Provsu di aula kantor Kecamatan Medan Barat, Senin (10/4).
Syahbuddin mengemukakan hal itu setelah mendengar pemaparan Ketua Tim Sosialisasi Penyesuaian Tarif Air PDAM Tirtanadi Sumut Zulkifli Lubis dan pandangan kritis praktisi hukum dan sosial Universitas Muhammadyah Sumatera Utara Abdul Hakim Siagian.
Zulkifli misalnya, dia menjelaskan secara teknis apa alasan Tirtanadi harus menaikkan tarif air. Menurut dia, Tirtanadi sebagai penyelenggara air minum dan air limbah secara berkesinambungan membutuhkan biaya besar dalam mendistribusikan air ke masyarakat pelanggan.
“Biaya distribusi air ke pelanggan itu sebenarnya yang harus dibayar. Makanya
dikenakan tarif air. Hanya saja biaya tarif air hanya cukup untuk memenuhi biaya operasional,” kata Zulkifli.
Menurut dia, biaya terbesar yang harus disediakan PDAM Tirtanadi Sumut berkaitan dengan penyelenggaraan air. Ini misalnya antara lain berupa biaya pembangunan dan perawatan instalasi seperti di Sunggal, biaya suplai listrik dan lainnya.
“Mengenai biaya-biaya tersebut, ini sudah menyangkut investasi. Kalau berharap dengan biaya tarif air dari pelanggan, tentu saja itu tidak menutupi. Belum lagi ada subsidi air kepada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan juga subsidi distribusi air ke rumah-rumah ibadah yang jumlahnya sangat banyak,” katanya.
Sementara itu, Abdul Hakim Siagian memaparkannya dari pandangan akademisi yang dijelaskannya dari unsur logika terkait penyesuaian tarif air. Dia mengambil contoh saat ini menjamur perusahaan swasta yang memproduksi air mineral.
“Kenapa masyarakat mau membelinya dan tidak komplain dengan harga? Bahkan harga air mineral berbeda jika dijual di warung dengan yang dijual di hotel-hotel. Coba kita bandingkan dengan kenaikan tarif air Tirtanadi, harganya jauh lebih murah. Kita belum fair memperlakukan air,” katanya.
Menurut Abdul, PDAM Tirtanadi saat ini sedang berada di persimpangan jalan. Di satu sisi Tirtanadin mengejar keuntungan dan di sisi lain tidak mnghilangkan fungsi sosialnya.
“Meski tarif air Tirtanadi cukup murah tak sampai 1 rupiah perliter, kita juga harus hemat air karena persediaan air makin lama makin habis,” katanya.
Abdul mengakui back up anggaran dari pemerintah ke PDAM Tirtanadi memang terbatas. Meski begitu, kata dia, keluhan-keluhan masyarakat pelanggan juga harus direspon.
“Tarif air kita (Tirtanadi) masuk kategori termurah di Indonesia. Ini realita. Jadi peserta sosialisasi yang hadir diharapkan dapat memberikan pemahaman ke masyarakat secara baik dan benar soal kenaikan tarif air ini,” katanya.
Laporan: Iam