KedaiPena.Com – Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Pembangunan Jaya Ancol (PJA) yang digelar di Hall Candi Bentar, Putri Duyung, Ancol, Jakarta Utara, belum lama ini diwarnai aksi unjuk rasa oleh sekitar sepuluh orang yang mengatasnamakan dirinya Komunitas Peduli Aset Negara atau KPAN.
Meski dilakukan dengan damai dan tertip, tanpa yel yel, toh aksi dipenghujung Rapat Tahunan PT. PJA itu harus berakhir setelah dibubarkan dengan paksa pihak satgas ormas FKPPI yang bertugas mengamankan jalannya rapat.
Aksi mereka dibubarkan dengan paksa lantaran menggelar tiga spanduk berukuran 5 x1 meter dengan tulisan menohok yang sengaja ditujuakan kepada pihak jajaran direksi PT. PJA. Dari tiga sepanduk tersebut ada yang bertuliskan; “Hentikan!!! Kontrak BTO PT. PJA dengn PT. WAIP Cacat Hukum, dan Jangan Biarkan PT. PJA jadi sarang Tikus-tikus penggarong aset negara dankerugian negara berkelanjutan.’’
Valentino (47), kordinator aksi yang juga seorang pekerja pers disebuah media di Ibukota menyatakan menyesalkan sikap satgas yang terkesan berlebihan pada diri dan teman-temanya saat menyampaikan aspirasi secara damai.
“Saya heran, aksi damai tanpa suara berisik dan tidak mengganngu ketertiban umum begini aja dibubarkan. Padahal kami tidak mengganggu proses berlangsungnya rapat para pemegang saham PT. PJA,’’ ujar Valentino.
Sementara itu RUPST PT. PJA sendiri digelar dimulai sejak pagi pukul 10:00 WIB dan diikuti komisaris, jajaran direksi dan pemegang saham, dengan sejumlah agenda, pemaparan kegiatan usaha dan kinerja perseroan dan keuntungan tahun 2016 serta fokus strategi perseroan tahun 2017.
Dalam laporan kinerja, PJA sebagai BUMD pariwisata, hiburan dan property, yang dinahkodai Direktur Utama C. Paul Tehusijarana danKomisaris Utama Honggo Kangmasto mengalami penurunan signifikan dalam hal pendapatan dan pertumbuhan perusahaan.
Laba Anjlok 60 Persen
Saat ini, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk mengelola kawasan properti dan rekreasi Ancol Taman Impian. Sebuah kawasan wisata terpadu seluas 552 hektar yang memiliki keunggulan lokasi karena berada di pantai Jakarta dan didukung kemudahan akses melalui jalan tol, sarana transportasi Transjakarta dan kereta api Commuterline.
Segmen rekreasi merupakan tulang punggung bisnis Perseroan dengan mendominasi 84,23% dari pendapatan Perseroan di tahun 2016. Pendapatan segmen rekreasi dan resor di tahun 2015 meningkat sebesar 16, 21% dari Rp 930,30 Milyar menjadi Rp 1, 080 Triliun di tahun 2016. Adapun peningkatan jumlah pengunjung dari 17,8 juta di tahun 2015 menjadi 18,08 juta di tahun 2016.
Pendapatan pada segmen properti tahun 2016 meningkat dari Rp 189,99 Miliar di tahun 2015 menjadi Rp 199,81 Miliar di tahun 2016 yang sebagian besar didorong oleh penjulan apartemen Northland.
Dengan demikian Per 31 Desember 2016, pendapatan yang berhasil dibukukan Perseroan hanya sebesar Rp 1,248 Triliun, tumbuh 13,44% dari realisasi Tahun 2015 sebesar Rp 1,131 Triliun. Laba Perseroan mengalami penurunan drastis dari Rp 291 Milyar di tahun 2015 menjadi Rp 131 Miliar di tahun 2016.
Sebagai penyebab penurunan laba menurut Perseroan diantaranya: Terjadi peningkatan beban akibat pembatalan penjualan kavling, pencadangan proyek hotel baru yang terhenti dan pengembalian pendapatan rekomendasi atas perpanjangan HPL yang telah diterima Perseroan.
Perseroan juga melunasi pembayaran hutang PBB tahun 2014 dan 2015. Kondisi pasar properti yang relatif belum bagus serta adanya moratorium reklamasi Teluk Jakarta juga membuat Perseroan menunda penjualan kavling yang telah dianggarkan.
Melihat kondisi PJA dibawah kepemimpinan Dirut C. Paul Tehusijarana dua tahun terakhir Ini menunjukan tidak terjadi loncatan kreatifitas, dan pertumbuhan laba mengalami kemrosotan signifikan. Pendapatan yang dicapai hanya melalui pengetatan biaya yang ujung-ujungnya kesejahteraan karyawan dikorbankan.
Secara keseluruhan, turunnya citra Ancol yang sejak dulu dibangun dengan susah payah oleh para pendahulu sebagai destinasi pantai dan panggung musik berkelas internasional, sekarang menjadi terpuruk dan bahkan tergilas oleh pesaing-pesaing usaha baru yang belakangan banyak bermunculan didaerah lain. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya permasalahan di tubuh PJA.
Anggota Komisi B DPRD DKI Afni mengkritisi kinerja pengelola PJA Ancol yang saat ini dinilai semakin minim peningkatan dan masih kalah dibanding dengan tempat wisata di Bandung. Seharusnya PT Pembangunan Jaya, sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI, yang mengelola tempat wisata Taman Impian Jaya Ancol, fokus pada pembangunan tempat wisata.
“Khusus Ancol, seharusnya tempat wisatanya lebih dikembangkan. Coba kita lihat beberapa tahun belakangan. Tidak ada lagi yang menarik wisatawan di tempat tersebut,” kata Afni, disela-sela kesibukannya kerjanya di kantor DPRD Jakarta.
Apalagi, jika dibandingkan dengan tempat wisata Trans Studio di Bandung, menurut politisi Demokrat itu, Ancol masih kalah jauh. “Dari segi wahana saja sudah kalah. Trans Studio memiliki wahana indoor meski tidak sebanyak dan sebesar Ancol, tapi lebih menarik. Apalagi dari segi harga juga lebih murah dibanding Dufan di Ancol,” katanya.
Karena itu, ia mengatakan, bahwa PJA harus kembali fokus untuk mengembangkan tempat wisata di Ancol. Bukan justru fokus ke properti. Apalagi Jakarta sebagai Ibu Kota. “Jakarta sebagai Ibu Kota, malu jika tempat wisatanya gitu-gitu aja. Seperti Dufan, seharusnya sudah menjadi kelas internasional, seperti Universal. Ini kalau dibandingkan dengan Bandung saja sudah kalah, bagaimana dengan negara lain. Wisatawan juga tidak akan tertarik lagi, kalau tempat wisatanya tidak berkembang,” pungkasnya.
Laporan: Galuh Ruspitawati