KedaiPena.Com- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam pada Rabu 8 Mei 2024 mendatang harus menjadi momen Menteri BUMN Erick Thohir melakukan evaluasi ke jajaran direksi hingga komisaris.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Institute Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menanggapi penurunan penjualan dan laba bersih dari Antam di kuartal I 2024 yang berakhir pada 31 Maret 2024.
“Ya tentunya bagi pemilik saham ini bisa jadi bahan evaluasi,” kata Fabby saat dihubungi di Jakarta, Sabtu,(4/5/2024).
Fabby memahami bahwa turun penjualan hingga laba bersih Antam di kuartal 1 2024 disebabkan pada harga komoditas global.
Fabby mengakui, Antam yang komoditas utamanya adalah nikel, ferronickel, bauxite dan emas terdampak dari turunnya
harga komoditas mineral terutama nikel.
“Kabar baiknya, harga nikel sejak maret kemarin kembali naik, sehingga sangat mungkin pendapatan Antam akan kembali naik dibandingkan di kuartal 1,” papar Fabby.
Fabby mengakui, kinerja direksi tidak hanya bisa diukur dari revenue di satu kuartal. Fabby yakin Kementerian BUMN mempunyai matrix evaluasi direksi.
“Saya berharap tata kelola perusahaan semakin baik dan Antam menjadi perusahaan terdepan dalam mengelola kekayaan alam mineral Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,” pungkasnya.
Diketahui, laba bersih PT Antam Tbk sepanjang kuartal pertama tahun ini jeblok, bahkan turun drastis hingga tersisa Rp 238,3 miliar, atau merosot 85,67 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp 1,66 triliun.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan, Kamis (2/5), Antam pada periode tersebut hanya bisa melakukan penjualan Rp 8,62 triliun dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp Rp 11,59 triliun, berarti ambles hingga 25,63 persen.
Jebloknya penjualan Antam tersebut dalihnya disebabkan karena turunnya penjualan bijih nikel yang anjlok 458 persen menjadi hanya Rp 534,1 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp 2,98 triliun.
Di satu sisi, Antama mengalami kenaikan untuk penjualan emas dari sebelumnya Rp 7,01 triliun menjadi Rp 7,67 triliun. Penjualan alumina pun naik menjadi Rp 351,5 miliar dari sebelumnya Rp 296 miliar.
Kemudian, terjadi penyusutan di beban pokok penjualan menjadi Rp 8,37 triliun dari sebelumnya di Rp 8,74 triliun. Kondisi ikut berimbas pada jebloknya laba kotor menjadi Rp 250 miliar dari semula Rp 2,84 triliun,
Antam pun kini mencatatkan defisit arus kas bersih dalam aktivitas operasional sebesar Rp 1,43 triliun. Ini berbanding terbalik dengan capaian sebelumnya yang surplus Rp 405,5 miliar.
Berikutnya, terjadi pembengkakan arus kas dari aktivitas biaya pendanaan menjadi Rp 1,10 triliun dari sebelumnya yang hanya di Rp 254,4 miliar.
Laporan: Tim Kedai Pena