KedaiPena.Com – Sejak kisruh Partai Demokrat bergulir, kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hanya memunculkan orang-orang yang tidak pernah terlibat dalam pembentukkan Partai Demokrat.
Berbeda dengan kubu Moeldoko yang memunculkan orang-orang yang terlibat langsung dalam sejarah berdirinya Partai Demokrat.
Seperti Hencky Luntungan (Pendiri No 45), Ilal (Pendiri No 83), Ahmad Toriq (pendiri no (41). Lalu Max Sopacua, Etty Manduapessy, Johny Alen Marbun, Darmizal, Akbar Yahya dan para senior Partai Demokrat lainnya.
Sementara kubu AHY hanya menyebut beberapa pendiri tapi tak pernah memunculkan ke publik. Steven Rumangkang (pendiri no 99), Vera Vebrianty (pendiri no 18) dan Ifan Pioh (pendiri no 30).
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando EMAS mengatakan, hal tersebut akan membuat publik menilai tokoh-tokoh yang dimunculkan oleh kubu Moeldoko lebih meyakinkan.
“Karena mereka benar-benar pelaku sejarah. Sementara kubu AHY hanya menampilkan orang-orang muda yang tak pernah terlibat dalam sejarah berdirinya Partai Demokrat. Bisa dikatakan debat publik selama ini antara Pelaku vs “Pendongeng”,” ujar Fernando, di Jakarta, Selasa (20/4/2020).
“Bagaimana tidak, publik pasti bertanya, saat pendirian partai, orang-orang yang ditampilkan kubu Cikeas ada dimana? Jangan-jangan belum lahir,” sambung Fernando.
Jadi, lanjut Fernando, jika ingin meluruskan fakta sejarah, tampilkan saja para pendiri yang disebutkan berada di kubu Cikeas.
“Katanya kepemimpinan AHY terbuka dan terang benderang, mana buktinya? Publik butuh penjelasan secara jelas dan langsung dari para pelaku sejarah bukan “pendongeng”. Pendiri Demokrat, pelaku sejarah, masih hidup loh,” sambung dia.
Jika Cikeas mengklaim SBY sebagai pendiri, meski tak ada namanya dalam akte pendirian partai yanf tercatat dalam lembaran negara, tampilkan saja dan jangan bersembunyi dengan dalih tidak level. Jika SBY seorang negarawan sejati, seharusnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
“Jika SBY benar-benar pendiri partai, artinya sama dan selevel dengan Hencky Luntungan. Padahal, dalam pernyataan Hencky di beberapa media, SBY hanya sebagai “ikon” ‘brand ambassador’ saja, bukan pendiri. Karena itu, nama SBY tidak tercatat dalam lembaran negara (akte pendirian partai),” papar dosen Untag Jakarta ini.
Partai Demokrat ibarat rumah para pendiri yang memiliki akte. Apakah bisa, para pendiri yang membangun rumah mulai dari mengumpulkan batu, kayu, semen dan lainnya hingga menjadi sebuah rumah besar, tapi kemudian rumah tersebut diklaim milik Cikeas.
“Masyarakat saat ini sudah cerdas kok. Dari semua nama pendiri partai Demokrat yang saya sebut di atas semuanya masih keluarga dekat almarhum Vence Rumangkang. Jadi, jangan lantaran Vence Rumangkang telah meninggal, rumah yang dibangun dengan keringat dan darah oleh beliau dan para pendiri direbut dan dimanipulasi milik Cikeas. Apalagi sempat mengklaim milik pribadi,” jelasnya.
“Rakyat menunggu penjelasan dari para pelaku sejarah bukan “pendongeng”. Beranikah SBY meluruskan sejarah bersama Hencky Luntungan?,” tandas Fernando.
Laporan: Sulistyawan