Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Hari ini (Senin, 9/1) Insyaallah penulis ke Jogja. Pekan lalu penulis telah bersilaturahmi ke kediaman Panglima Mega Bintang Mudrick Setiawan Malkan Sangidu di Solo. Sekarang, giliran berkunjung ke Jogja, bersilaturahmi ke kediaman Tokoh GPK Jogja, HM Syukri Fadholli, yang saat ini juga ketua KAMI Jogja.
Di Jakarta, penulis biasa berdiskusi dengan ketua KAMI DKI Jakarta, Bang Juju Purwantoro. Di Surabaya, penulis biasa berdiskusi dengan ketua KAMI Jatim Prof Daniel Rosyid. Kebetulan pula, Pak Mudrick ketua KAMI Soloraya dan Pak Syukri ketua KAMI Jogja.
Kunjungan kali ini, tidak ada kepentingannya dengan urusan organisasi dan politik. Kunjungan yang penulis lakukan, adalah karena motivasi ingin menjalin ukhuwah dan ‘Ngangsu Kaweroh’ kepada tokoh-tokoh senior. Ilmu mungkin saja bisa dikejar, tapi pengalaman tidak mungkin disusul. Padahal, pengalaman adalah guru terbaik agar bisa menjadi matang.
Siapa yang tak kenal kiprah Pak Syukri Fadholli? Pengalaman itulah, yang ingin penulis serap agar bisa menjadikan diri lebih matang dalam mengarungi samudera perjuangan. Pengalaman, yang menjadikan diri sadar akan banyaknya kekurangan. Pengalaman, yang menjadikan diri insyaf, bahwa laku perjuangan akan selalu menghadapi aral dan rintangan.
Kunjungan juga dilakukan dalam rangka membangun sinerji perjuangan, demi tegaknya izzul Islam wal Muslimin. Cita-cita menjadikan negeri ini sebagai negeri yang baldatun, thoyyibatun wa rabbun ghaffur.
Alhamdulillah, sahabat penulis di Jogja Ustadz Nur Widianto sudah mendapatkan kepastian penerimaan kunjungan. Sehingga, penulis akan berkesempatan mendapatkan ilmu dan pengalaman dari sesepuh GPK Jogja ini.
Selain ke kediaman Pak Syukri Fadholli, penulis juga akan memenuhi undangan makan ‘Bakmi Godhog Masjoyo’ di Kotagede Yogyakarta. Sebuah usaha yang dikelola oleh Masjid Joyopranan. Pak Fauzi yang mengundang untuk singgah.
Tentu saja, termasuk mengenang sejumlah kenangan manis di Kota Gudeg ini. Ingatan lantunan lagu ‘Ku Pulang Ke Kotamu’ dari Katon Bagaskara, selalu terngiang saat berkunjung ke Jogja.
Dulu, saat masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang, penulis bersama kawan-kawan kampus sering ke Jogja, baik untuk keperluan diskusi aktivis, atau mencari buku-buku dengan harga miring. Selain kongkow di Malioboro, kami juga asyik menikmati hidangan ‘Nasi Kucing’ khas Jogja.
Teringat pula, saat menjadi relawan gempa Jogja di Kabupaten Bantul. Di tenda-tenda, kami sering berhamburan keluar, karena seringkali terjadi gempa susulan. Membersihkan masjid, sampai akhirnya mengadakan Tablig Akbar menghadirkan Da’i Mantan Rocker, Ust Khair Harie Moekti.
Pokoknya, banyak kenangan di Jogja. Juga, tentang seseorang yang terpaksa harus menjadi pemuja rahasia, walau tak pernah menyelipkan bunga-bunga di meja kerjanya. Uhuhuuu.
Semoga perjalanan lancar, selamat sampai tujuan. Selain ke Jogja, tujuan utama adalah ke Solo untuk sidang mendampingi Gus Nur dan Bambang Tri, yang terjerat kasus ijazah palsu Jokowi.
[***]