KedaiPena.com – Di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan, Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Perekonomian Edy Priyono mengakui adanya penurunan produksi beras dalam negeri.
“Tantangan berikutnya adalah pertanian. Ini mungkin relate dengan kalau Pak Prabowo dan timnya menyampaikan bahwa ingin menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Karena kenyataannya apa? Produksi pangan kita, khususnya beras, terus turun,” kata Edy dalam Seminar Nasional – Evaluasi 1 Dekade Pemerintaha Jokowi yang digelar oleh Indef dan ASPRINDO, dikutip Senin, (7/10/2024).
Ia menjelaskan bahwa penurunan produksi tersebut, berdasarkan pantauan Kantor Staf Presiden adalah menurunnya luasan lahan yang diperuntukkan untuk penanaman padi.
“Kondisi semakin berkurangnya luas tanam, menjadi semakin berat karena produktivitas yang cenderung stagnan. Pada saat produktivitas stagnan, maka penurunan luas tanam dan penurunan luas panen pasti akan berimplikasi terhadap penurunan produksi pangan, khususnya beras,” ujarnya.
Edy menyatakan saat ini memang produksi Indonesia masih surplus, tapi dengan berjalannya waktu, surplus itu semakin menurun.
“Kalau tidak segera ditangani, kita mungkin akan segera masuk era defisit beras,” ujarnya tegas.
Kebutuhan beras nasional, diperkirakan berkisar 30-an juta ton setahun. Sementara produksi sekitar 31-an juta ton.
“Kita sekarang masih jadi produsen yang besar. Salah satu yang terbesar di dunia in term of volume produksi. Tetapi kan kebutuhan kita juga besar sekali,” kata Edy.
Ia dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia bisa surplus beras tapi membutuhkan usaha keras untuk menjaga agar tetap surplus.
“Surplus beras semakin lama semakin berkurang. Ini menjadi tantangan tersendiri. Bukan hanya beras sebenarnya, jadi ada komoditas lain. Seperti bawang putih, mayoritas impor. Kedelai, bahan makanan rakyat, tapi mayoritas impor. Jadi kita itu ada masalah dalam produksi pangan, khususnya beras,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa