KedaiPena.Com – Murid ideologis Gus Dur, Rizal Ramli menegaskan bahwa akar rumput kaum Nahdliyin adalah plat hitam dan anti politik uang sempat menuai kontroversi.
Analogi plat hitam digunakan Rizal Ramli kala mengomentari pernyataan Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj yang tengah viral terkait relasi antara warga NU dan penguasa sebelum dan sesudah pemilihan presiden.
Awalnya KH Said Aqil Siradj menagih janji Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelontorkan dana sebesar Rp1,5 triliun kepada PBNU.
Janji itu, menurutnya, tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Keuangan dengan PBNU, tapi sampai hari ini, satu peser pun belum terlaksana.
Statemen Rizal Ramli ini mengundang polemik. Ada yang mengkritik, ada yang mendukung. Di antaranya dari eks Sekretaris Kabinet (SesKab) Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II, Dipo Alam.
“Saya sependapat dengan pendapat pak RR,” kata Dipo merespon omongan Rizal di Twitter.
Ia pun menambahkan, sosok eks Ketua Umum PBNU Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sosok pemimpin NU yang berbeda.
“Gus Dur tidak seperti pimpinan-pimpinan NU kini, saya kira,” sambil me-mention anak Gus Dur Allisa Wahid, @AlissaWahid.
Dukungan lain terucap dari H Nur Hadi ST, Ketua Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN).
Kata dia, benar bahwa, banyak oknum pengurus NU sekarang yang sibuk menjadikan jamiyah ini sebagai kendaraan sewaan, bahkan bersedia menjadi plat merah. NU menjadi alat politik guna merebut kekuasaan.
“Apa yang disampaikan Pak Rizal, itu sudah lama dibahas para kiai. Bahkan Cak Anam (Drs Choirul Anam red) sudah lama mengkritik, mengibaratkan NU sekarang sudah seperti Grab, GoJek. Trayeknya tidak jelas, apa kata yang bayar,” ujarnya.
Menurut Cak Nur, panggilan akrabnya, NU itu mestinya berjalan seperti Kereta Api. Bukan seperti, bus atau bahkan ojek online, semisal grab.
“Kereta Api itu jelas trayeknya, jelas jurusannya. Yang mau turun, silakan, sudah ada stasiun-stasiunnya. Kalau ternyata merasa belum sampai tujuan, silakan ‘ngompreng’, naik angkot. Mestinya begitu. Sekarang tidak, NU sudah disetir pengurus ke arah politik. Ini berbahaya,” tegas pengusaha otomotif ini dilansir dari Duta.co.
Mantan Jubir Gus Dur, Adhie Massardi pun angkat bicara. Menurutnya, apa yang disampaikan akun tersebut bukan cerminan orang yang dekat dengan almarhum Gus Dur.
Pasalnya orang yang dekat dengan Gus Dur pasti akan senang dan paham dengan maksud Rizal Ramli.
“Yang hatinya dekat dengan Gus Dur seperti Cak Anam (mantan Ketua DPW PKB Jatim, Choirul Anam), dijamin senang dan paham kenapa Pak RR “nyodok” (PB)NU,” tegasnya dalam akun Twitter pribadinya.
Adhie yang pernah dipercaya Gus Dur sebagai jurubicara presiden, mengingatkan bahwa Rizal Ramli merupakan orang non NU yang paling sering dimintai Gus Dur untuk menjaga para nahdliyin.
“Terutama kalangan intelektualnya agar tetap istiqomah,” tekan Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) itu.
Sebelumnya, Rizal Ramli sempat menyinggung mengenai plat hitam, sebuah analogi yang digunakan untuk menggambarkan akar rumput kaum nahdliyin.
Analogi plat hitam digunakan Rizal Ramli untuk mengomentari pernyataan Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj yang tengah viral terkait relasi antara warga NU dan penguasa sebelum dan sesudah pemilihan presiden.
Menurut Rizal Ramli, NU menjadi “tampak kecil” karena ulah pemimpin-pemimpin formal di organisasi umat Muslim terbesar di dunia itu.
Pria yang oleh Gus Dur diberi nama Gus Romli itu mengatakan, pemimpin formal NU menjadikan NU sebagai “kendaraan dinas”, dan menggunakan plat merah.
Plat merah adalah warna plat kendaraan untuk kendaraan dinas pemerintah.
Padahal, kata Rizal Ramli lagi mengingatkan, akar rumput kaum Nahdliyin adalah plat hitam.
NU sejatinya bukan kendaraan milik pemerintah, melainkan organisasi masyarakat yang berjuang untuk keadilan dan kemakmuran.
Laporan: Muhammad Hafidh