Artikel ini ditulis oleh Ubedilah Badrun, Akademisi Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Sebagai akademisi saya meyakini bahwa sebuah kesimpulan itu harus berbasis pada data-data yang benar dan valid. Itu prinsip ‘scientific approach’ dalam membuat kesimpulan.
Terkait BEM UI yang menyebut Jokowi sebagai ‘The King of Lip Service’ itu, tentu bukan kesimpulan sembarangan tetapi kesimpulan yang pasti menggunakan ‘scientific approach’, berbasis pada data yang kuat.
BEM UI benar, sebab terlalu banyak data untuk membuktikan bahwa Jokowi terlalu banyak kata-katanya hanya sekedar pemanis bibir. Banyak janji yang tidak terpenuhi. Misalnya dari janji menguatkan KPK sampai janji ekonomi yang akan meroket.
Terkait pihak Rektorat UI yang memanggil BEM UI gara-gara meme kritik Jokowi sebagai ‘The King of Lip Service’ itu, cara Rektorat untuk meminta penjelasan kepada mahasiswa.
Tetapi ini karena terkait kritik mahasiswa pada Presiden, maka upaya Rektorat itu memungkinkan dimaknai sebagai upaya intervensi Rektorat terhadap kebebasan berfikir dan berekspresi mahasiswa.
Bisa saja karena Rektor UI ditegur Istana bisa juga karena inisiatif Rektorat UI sendiri karena khawatir ditegur Istana.
Pola semacam itu mirip-mirip dengan saat beberapa bulan sebelum kejatuhan rezim Soeharto.
[***]