KedaiPena.Com – Kecaman terhadap Pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi terus bergulir. Giliran ekonom senior Rizal Ramli yang mengecam kebijakan tersebut.
“Inflasi 5% tapi inflasi makanan sudah 11,5%. Rakyat betul-betul sedang susah. Kok tega-teganya naikkan harga BBM. Akibat kenaikan BBM, ekonomi rakyat yang mulai membaik, eh digebuk malah rontok,” kecewa Rizal di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).
Ia pun mengatakan, penundaan atau alternatif lain tanpa perlu menaikkan harga BBM sangat bisa dilakukan.
“Kenaikan harga BBM bisa ditunda karena harga minyak mentah dunia sudah mulai turun. Harga minyak mentah dunia pernah naik sampai $120 per barel. Hari ini sudah kembali turun ke $89 per barel. Tren harga turun, ngapain BBM dalam negeri naik, kecuali menutup ineffesiensi Pertamina,” sambung Rizal.
Ia menambahkan, Pemerintah Jokowi tidak kreatif, selalu mencari cara yang gampang yaitu ‘nambah utang’ dan ‘menaikkan harga-harga’ yang bikin susah rakyat.
“Pejabat yg ilmunya cuman segitu, ndak usah S3! Negara lain menurunkan harga BBM, Indonesia menaikkan, dasar koplok,” geram dia.
Ia menambahkan, ada cara lain agar APBN tidal jebol, tanpa perlu menaikkan harga BBM.
“Pemerintah hentikan pengeluaran yang tidak perlu, seperti proyek ibukota baru abal-abal itu, kurangi pengeluaraan lembaga-lembaga negara seperti Mahkamah Konsitusi yang anggarannya malah dinaikan 4 kali tapi kinerja payah. Badan-badan baru & staffing potong,” jelas eks penasehat ekonomi PBB ini.
Ia juga meminta Pemerintah segera perintahkan komisaris & direksi potong ineffesiensi Pertamina & PLN sebesar 20%.
“Itu bukan hal yang sulit asal mereka bersih dan profesional, bukan titipin politik dan utang budi Jokowi seperti Ahok. Kalau itu dilakukan, tidak perlu BBM naik,” lanjutnya.
Pemerintah juga harus fokus mengurangi cicilan bunga & pokok utang, yang tahun ini mencapau Rp805 triliun, 1/3 dari APBN, pos anggaran utama Jokowi.
“Jika dilakukan debt-swap, termasuk debt-to-nature swap, cicilan bisa berkurang 1/4-nya (200T), BBM tidak perlu naik,” ia menambahkan.
“Esensinya sederhana, pemerintahan Jokowi tidak kreatif dan tidak berpihak pada rakyat. Bisanya hanya ‘nambah utang mahal’ dan ‘naikkan harga’ yang bikin susah rakyat. Padahal ada cara lain, tidak perlu naikkan BBM. Ndak kreatif, tapi songong pula, Jokowi wis, cukup sudah,” tandas DR. Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Lutfi