KedaiPena.Com – Kelompok Pencinta Alam (KPA) Arkadia UIN Jakarta melakukan peluncuran program ‘Seribu Biopori’ untuk Tangerang Selatan di aula Student Center UIN Jakarta.
Kegiatan ini sendiri turut dihadiri oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan Toto Sudarto serta penemu biopori Kamir Raziudin Brata yang merupakan dosen Fakultas Ilmu tanah Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam kesempatan tersebut, Kamir Raziudin Brata mengatakan, bahwa banyak pembuatan biopori yang dilakukan masyarakat luas, namun masih mengunakan metode yang salah.
Akibat dari itu, lanjut Kamir, pembuatan biopori bukan malah memberikan kebaikan terhadap bumi tapi malah sebaliknya.
“Pembuatan biopori itu tidak perlu mengunakan pipa paralon. Selain menghambat masuknya air meresap ke tanah, pipa paralon juga menggangu proses makan dan kehidupan hewan-hewan yang ada di dalam tanah,” ujar Kamir.
Tidak hanya itu, menurut dia, kesalahan masyarakat yang tidak memahami benar-benar apa sebenarnya tujuan biopori itu sendiri juga telah meluas.
“Kita buat biopori itu salah satunya untuk memberi makan hewan-hewan yang hidup di tanah, nah kalo kita kasih makan namun makanan yang kita berikan malah ditutup apakah mereka bisa memakan, makanan yang kita berikan, ya jelas tidak kan. Ada yang ngasih alasan pipa yang dimasukkan sudah diberi lubang, tapi sebenarnya itu perbuatan yang sangat mubazir,” jelas dia.
“Harusnya orang-orang yang bergerak di bidang lingkungan sudah tau cara terjitu mebuat biopori, agar masyarakat luas juga tidak salah membuatnya. Dan harapan saya ya semoga hal ini bisa tersampaikan kepada masyarakat umum,” sambung Kamir.
Dengan demikian, tegas diasebaiknya pembuatan biopori tidak perlu memasukan pipa paralon, dan tidak perlu ditutupi dengan apapun. Kamir juga menyarankan lubang biopori bagus ketika dibuat di aliran air seperti parit atau selokan, karena hal ini akan memberikan akses air lebih cepat masuk ke dalam tanah.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas