KITA semua pasti pernah bekerja dengan seseorang karyawan yang membuat kita dan rekan lain merasa bingung, khawatir, frustrasi, marah atau bahkan takut bahkan merasa benar-benar tidak dihormati? Karyawan ini bisa saja menjadi atasan, rekan kerja atau anak buah kita.
Kita juga yakin semakin sering berinteraksi dengan karyawan model ini, kita sebut saja tipe “koplakers†maka akan semakin cepat membuat emosi kita terbakar. Karyawan koplakers sering membuat lingkungan kerja menjadi negatif, saling bermusuhan, dan tidak produktif apalagi dengan perilaku khasnya seperti mengancam, mengintimidasi atau memaksa dan seringkali pilihan kita adalah menghindari bekerja dengan karyawan ini.
Mirip seperti batu krypton yang selalu melemahkan kekuatan alamiah Superman, karyawan koplakers dapat menyedot energi dari perusahaan kita. Karyawan jenis ini, sesuai dengan namanya dapat membuat koplak suasana bisnis tempat kita bekerja, dan sangat menyulitkan untuk dikelola secara efektif.
Tingkat koplaknya itu yang berbahaya, dan bisa menyeret kita, staf dan rekan kerja lain ke jurang moral yang sangat rendah dan terjadi penurunan produktivitas. Namun tenang, selalu ada harapan, dan itu dimulai dengan terlebih dahulu mengenali karakteristik para koplakers ini. Beberapa diantara ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut:
Terlalu negatif dan selalu menyalahkan orang lain atas segala hal.
Sering halu alias master ilusi. Alih-alih menghabiskan energinya untuk berprestasi, dia malah menghabiskan energinya untuk pura-pura sibuk bekerja.
Sangat mahir mengambil pujian atau kredit. Padahal kreditnya tidak jatuh tempo, sehingga sangat merusak semangat rekan kerjanya yang telah bekerja keras.
Ahli sabotase dengan cara backstabbing atau suka bicara di belakang layar atau sering mendatangi rekan kerja di belakang kita.
Gejala umum lainnya dari kaum koplakers adalah memakai ilmu kodok klasik (menjilat atasan, menyikut rekan kerja kanan-kiri dan menginjak bawahan), melakukan kritik secara kasar, tidak bisa kerja sama tim, melewati rantai komando dan seterusnya pasti akan membuat kesal semua orang.
Jadi singkatnya, kita tidak boleh lengah karena seorang karyawan koplakers bisa saja terlihat sangat pandai dan banyak akal. Begitulah cara dia memakai bakat dan energinya untuk menutupi kekurangannya di dalam bekerja.
Saya sendiri pernah mengalami hal ini di banyak organisasi, dan saya memiliki banyak bekas luka pertempuran hanya untuk menunjukkan betapa brutalnya pengalaman yang saya alami menghadapi para koplakers ini. Saya juga kerap membahas koplakers ini di beragam sharing dan forum diskusi eksekutif namun topiknya selalu terjadi polarisasi.
Dalam banyak diskusi mengenai perilaku koplakers ini, satu kelompok besar selalu menyarankan untuk segera memecat karyawan yang disinyalir adalah titisan siluman itu. Alasan yang mereka gunakan sangat kuat, yaitu satu orang karyawan tidak boleh menghancurkan lingkungan bagi orang-orang yang bekerja dengan baik dan positif.
Segera kasih peringatan, lakukan proses pembinaan, dan jika pada akhir periode kinerja mereka tidak bisa berubah menjadi lebih baik, segera kirim mereka kembali ke habitatnya di neraka.
Kelompok kedua menawarkan berbagai ide kreatif, ada yang mengusulkan untuk dilakukan isolasi terhadap karyawan koplakers tersebut untuk meminimalkan dampak negatifnya, menawarkan pembinaan tim untuk semua pihak sehingga mereka bisa saling bekerja sama yang lebih baik dan seterusnya.
Alasan yang dipakai kelompok ini adalah “sangat riskan jika harus memecat Steve Jobs,” dan “Apakah kita benar-benar ingin melihat talenta yang terpendam dan seluruh informasi yang dimiliki koplakers ini pindah ke perusahaan pesaing kita?”
Kedua aliran diatas bisa membuat perdebatan yang menyenangkan, tapi akhirnya kita sendiri yang harus benar-benar menghadapi koplakers asli di tim kita. Dibawah ini sedikit sharing dan panduan dunia nyata untuk membantu kita melakukan manuver cantik saat menghadapi karyawan koplakers yang racunnya sangat mematikan dengan brilian.
Akuntabilitas
Studi akuntabilitas di tempat kerja menunjukkan bahwa 91% karyawan menilai akuntabilitas sebagai salah satu kebutuhan utama yang ingin mereka lihat di organisasi mereka. Akuntabilitas penting agar karyawan dapat bertanggung jawab atas tindakan mereka, hal itu untuk membantu karyawan lain agar dapat belajar darinya.
Kejelasan
Sebagai pimpinan kita perlu memiliki kemampuan untuk memberikan tugas yang jelas untuk setiap anggota tim. Hal ini berkaitan dengan peran anggota tim, waktu yang akan dihabiskan, jenis pelanggan yang dihadapi prioritas kerja, dan yang paling utama tingkat kinerja yang diharapkan
Ukur tingkat keganasannya
Fokus pada jenis perilaku dari karyawan koplakers yang mengganggu karyawan lain, mengurangi kerjasama tim dan merusak budaya kerja yang sudah terbangun dengan baik.
Namun, jika masalah karyawan koplakers sudah masuk ke area pelecehan, korupsi, ancaman kekerasan atau lainnya, kita tidak usah pusing segera laporkan langsung ke pihak yang berwenang di perusahaan kita.
Pengamatan (observasi), umpan balik (feedback) dan pembinaan (counselling) adalah senjata utama kita.
Kita harus bergerak cepat untuk dapat mengamati tindakan para karyawan koplakers. Segera tawarkan ke mereka umpan balik (feedback) dan kritik yang tepat di waktu yang pas, Teknis feed-forward bisa dipakai untuk membantu memperbaiki karyawan koplakers dengan cara yang positif di masa depan.
Pertimbangkan pembinaan professional
Ini adalah solusi yang kontroversial dalam banyak perdebatan saya mengenai topik ini. Banyak yang menganggap bahwa pembinaan harus disediakan untuk karyawan yang baik. Dalam banyak kasus, karyawan koplakers namun berbakat ini membutuhkan investasi tambahan. Tentu saja, pembinaan hanya bekerja jika si individu benar-benar berkomitmen untuk mengubah perilakunya.
Jangan anggap enteng situasi politik internal
Akan selalu ada pimpinan atau pihak lain yang dalam peran otoritasnya yang dapat mengenali kemampuan karyawan koplakers Anda dan dia percaya kalau kita sebagai atasan mungkin yang menjadi sumber masalah. Sekutu terbaikmu adalah atasanmu. Selalu berkan dia informasi yang cukup, minta masukan bagaimana mengatasi masalah di group kita dan pastikan atasan memiliki kesempatan untuk memahami dampak dari karyawan koplakers terhadap keseluruhan efektivitas dan semangat kerja tim.
Siap Menghadapi kenyataan
Jika tidak ada kemajuan dan kita telah menginvestasikan waktu dan energi dalam serangkaian program umpan balik dan pembinaan tanpa hasil, Kita harus bekerja sama dengan atasan kita dan spesialis SDM untuk menerapkan tindakan aksi yang lebih terukur.
Penting untuk dipahami bahwa tidak ada cara yang mudah saat berurusan dengan karyawan koplakers. Kredibilitas kita sebagai atasan kerap dipertaruhkan, khususnya terkait dengan kinerja tim kita. Pendekatan terbaik adalah dengan bermain secara adil, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mengikuti proses dan prosedur yang ada, mendokumentasikan langkah-langkah kita sesuai dengan kebijakan perusahaan dan menyelesaikan dengan disiplin setiap masalah yang ditimbulkan oleh koplakers tersebut.
Dan ingat, semua orang di organisasi sedang menyaksikan drama yang kita mainkan.
Oleh Ivan Taufiza, Penulis Buku Membangun SDM Indonesia Emas dan Pengasuh Kolom Vere Humanum