KedaiPena.Com – Mengangkat tajuk Kopi dan Orangutan, The Society of Indonesian Enviromental Journalist (SIEJ) Sumatera Utara menggelar diskusi soal Pemberdayaan Petani Kopi untuk Perlindungan Orangutan di Sumatera Utara di Restoran New Penang Corner, Medan, Sabtu (19/8).
Para aktifis lingkungan, pecinta kopi Sumatera, Kopi Tao, Kopi Orangutan Tapanuli terlibat dala diskusi yang digelar bertepatan dengan Hari Orangutan Internasional yang jatuh setiap 19 Agustus ini.
Puluhan peserta datang menikmati kopi yang tumbuh di habitat Orangutan Sumatera (Pongo Abelii), yaitu dari Kabupaten Pakpak, Karo dan Tapanuli Utara. Kemudian mendiskukan persoalan lingkungan terkait hutan, habitat orangutan, keberadaannya yang terus terancam banyak masalah dan pemberdayaan serta keberlangsungan hidup para petani kopi di sekitar hutan.
Ketua Simpul SIEJ Sumatera Utara, Mei Leandha menuturkan, Orangutan adalah salah satu satwa liar yang masuk daftar list merah The International Union for the Conservation of Nature atau IUCN.
“Yang berarti terancam punah dan wajib dilindungi. Menurut data Profauna, saat in sebaran populasi Orangutan Sumatera hanya terdapat di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara dengan perkiraan jumlahnya tinggal 6.000-an individu. Jumlah ini terus menurun seiring tingginya angka perburuan dan alih fungsi hutan,” kata Mei.
Menurut dia, di Sumatera Utara, orangutan dapat ditemui di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Kawasan Hutan Batangtoru, Kawasan hutan Sibongkaras dan Cagar Alam Sibual-buali. Wilayah-wilayah ini masuk daftar darurat deforestasi dan bencana alam.
“Keberadaan orangutan menjadi indikator bahwa di kawasan itu masih ada hutan. Supaya ekosistem tetap terjaga dan seimbang, mereka harus dipertahankan. Begitu juga keberadaan petani kopi di sekitar kawasan hutan, mereka ambil bagian menjaga hutan sebab setiap perkebunan kopi pasti membutuhkan pohon pelindung,” pungkas Mei.
Sementara Jimmy Panjaitan dari Kopi Tao mengatakan, Hari Orangutan kali ini menjadi momentum menghubungkan keberadaan orangutan dengan komoditi kopi. Sebagai salah satu penggiat kopi di Kota Medan, Jimmy merasa wajib ikut bertanggung jawab melakukan kampanye perlindungan Orangutan Sumatera kepada semua orang dan para stakeholder. Sebab menurut dia, kopi memiliki keterkaitan dengan habitat Orangutan.
“Hutan sebagai rumah dari satwa liar berfungsi menjaga ketahanan ekosistem yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan kopi khususnya jenis arabika. Di antaranya untuk mempertahankan iklim, menjaga rantai makanan alami yang akan meminimalisir serangan hama, menjaga kesuburan lahan, dan lainnya. Apalagi, di sekitar habitat orangutan banyak terdapat kebun kopi rakyat,†ujarnya.
Jimmy menambahkan, tujuan utama digelarnya diskusi tersebut adalah mengajak para stakeholder kopi mulai dari hulu hingga hilir untuk memberikan perhatian kepada masalah-masalah lingkungan hidup, terkhusus hutan sebagai rumah Orangutan. Membangun rasa peduli dan pemahaman masyarakat dengan menghadirkan kopi-kopi arabika yang kebunnya bertetangga dengan habitat Orangutan.
“Kopi-kopi dari wilayah jelajah dan lintasan orangutan kami hadirkan untuk dinikmati. Kita mengajak semua orang berkomitmen menjaga kawasan hutan dan melindungi orangutan. Malamnya kita akan menikmati alunan keroncong dari Deli Rama. Kita ingin berbagi untuk manusia, bumi dan seluruh isinya dengan jiwa merdeka,†katanya.
Hadir juga sejumlah narasumber lain dalam diskusi ini, diantaranya Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Fitriana Saragih, Manager Program Harian Hutan Tapanuli Yayasan Ekosistem Leuser (Yel), Burhanuddin alias Aan. Kemudian, Diana Kusmanto selaku Sekretaris YEL, Susilo Laharjo dari Jaringan Monitoring Tambang (JMT) dan Program Officernya Aji Dwi Ismadi.
Laporan: Dom