KedaiPena.Com – Pengamat Ekonomi Salamudin Daeng menilai bahwa ada faktor ketidakbecusan dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin selama menjabat sebagai Dewan Pengawas Bank Syariah Bank Muamalat hingga berada di jurang kebangkrutan.
Hal tersebut disampaikan oleh Daeng sapaannya lantaran saat ini kinerja dari Bank Syariah pertama di Indonesia tersebut sangat memprihatinkan. Ma’ruf Amin sendiri menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah selama 17 tahun lamanya.
“Jika terjadi apa-apa maka Pak Kiai (Ma’ruf Amin) harus ikut tanggung jawab,” ujar Daeng kepada KedaiPena.Com, Jumat, (20/12/2019).
Daeng pun meminta agar pemerintah dapat berhati-hati dalam memutuskan apapun tentang Bank Muamalat. Karena banyak dana umat islam di dalamnya.
“Jangan sampai aset dan dana umat hilang,” tegas Daeng.
Daeng menjelaskan, Bank Mualalat merupakan salah satu bank pengelola dana haji. Saat ini dana haji yang ada di Bank Muamalat sekitar Rp7,5 triliun.
“Bank Muamalat juga merupakan bank yang mengelola dana zakat bekerjasama dengan Baznas. Jangan sampai bank ini sengaja dihabisi agar dana zakat bisa digunakan pihak lain,” ungkap Daeng.
Daeng menegaskan, Bank Muamalat juga kelola dana pensiun karyawan swasta. Harus diperiksa ada berapa banyak dana pensiun di sana.
“Aset Bank Muamalat cukup luas dan strategis dan memiliki nilai yang tinggi secara ekonomis,” pungkas Daeng.
Dikutip dari laman CNBC Indonesia, laporan keuangan perseroan, periode Januari-Agustus 2019, laba bersih Bank Muamalat tercatat hanya mencapai Rp 6,57 miliar.
Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya (Januari-Agustus 2018), laba bersih perusahaan mencapai 110,9 miliar. Dalam 8 bulan pertama tahun 2019, laba bersih perusahaan anjlok hingga 94,1% secara tahunan.
Laba bersih yang hanya senilai Rp 6,57 miliar tersebut merupakan perolehan laba bersih terendah dalam 8 bulan pertama yang pernah dicatatkan oleh Bank Muamalat, setidaknya dalam 4 tahun terakhir.
Ambruknya laba bersih perusahaan terjadi seiring dengan tekanan terhadap pos pendapatan utama perusahaan.
Dalam periode Januari-Agustus 2019, pendapatan penyaluran dana ambruk sebesar 17% menjadi Rp 1,9 triliun, dari yang sebelumnya Rp 2,3 triliun pada periode Januari-Agustus 2018.
Pendapatan penyaluran dana yang hanya senilai Rp 1,9 triliun tersebut juga merupakan perolehan terendah dalam 8 bulan pertama yang pernah dicatatkan oleh Bank Muamalat, setidaknya dalam 4 tahun terakhir.
Dengan kinerja keuangan seperti, suntikan modal dikhawatirkan tak akan mampu memutarbalikkan kondisi Bank Muamalat.
Laporan: Muhammad Lutfi