KedaiPena.Com – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menemukan 60 korban tsunami tinggal di atas bukit di Dusun Lebak Apus, Kelurahan Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten dalam kondisi yang memprihatinkan. Para pengungsi datang dari dusun di bawahnya untuk mencari tempat lebih tinggi karena takut air naik kembali.
“Para pengungsi ini tinggal di rumah-rumah penduduk asli dengan kondisi yang memprihatinkan. Rumah-rumah mereka hanya terbuat dari bilik dan beralas tanah, sementara hujan dan gerimis terus mengguyur,” kata Komandan Lapangan Baznas Tanggap Bencana, Dede Nurjaman dalam keterangan yang diterima redaksi, ditulis Rabu (26/12/2018).
Dengan kondisi yang terbatas, mereka membutuhkan makananan, obat-obatan, selimut, alas tidur dan pakaian layak pakai.
Belum tersentuhnya kampung ini karena minimnya informasi dan akses menuju ke lokasi yang sulit ditempuh. Jalan perbukitan sempit ditambah tekstur tanah licin karena terus menerus diguyur hujan.
“Tim menempuh perjalanan sekitar satu jam hingga ke lokasi dengan kondisi jalan naik turun bukit dan sangat licin,” katanya.
Dede mengatakan, awalnya tim membantu kampung di kaki bukit ini namun naluri petugas kemanusiaan membuat mereka menuju ke Lebak Apus.
“Saya awalnya lihat ada warga yang naik ke bukit dengan menggendong sekarung pakaian. Lalu kami menyusuri jalan meuju bukit itu dan betul di sana ada 60 warga mengungsi dan kondisinya memprihatinkan,” papar Dede.
Masja’i (55), salah satu pengungsi hingga saat ini belum mendapatkan penanganan medis untuk mengobati luka-luka yang didapatnya saat tsunami menerjang.
“Saya merasakan sesak di dada,” kata Masja’i.
Selama tiga hari Masja’i hanya tergolek di atas tempat tidur, belum mampu melakukan aktivitas apapun. Apalagi jika ingat isteri dan anak perempuannya meninggal akibat peristiwa ini, rumah tempat tinggalnyapun sudah tak bersisa.
Masja’i mengisahkan, tsunami tiba-tiba datang menghantam rumahnya, saat keluarganya sedang berkumpul di rumah. Usai terbawa arus, jenazah istrinya ditemukan di tepi pantai, sementara anak perempuannya menyusul ditemukan di tumpukan sampah yang menyangkut di pohon kelapa.
Jenazah anaknya diantar oleh tim Baznas Tanggap Bencana dengan tandu berjalan kaki ke atas bukit itu. Beberapa kali tergelincir karena kondisi jalanan tanah yang licin, akhirnya tim sampai ke tempat pengungsian Masja’i.
“Buka pak, saya kuat saya kuat. Saya mau lihat wajah anak saya,” kata Dede menirukan Masja’i yang memohon kepada Tim BTB untuk membuka kantong jenazah.
Sejak Selasa (25/12) sore, Baznas menyiapkan dapur umum di kawasan kaki bukit sekitar dua kilometer dari lokasi pengungsian. Dari dapur umum ini makanan untuk para pengungsi nantinya akan didistribusikan. Baznas mengerahkan Tim Baznas Tanggap Bencana dan Tim Layanan Aktif Baznas untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar pengungsi di kawasan ini.
Laporan: Ranny Supusepa