KedaiPena.com – Dalam sebuah upaya nyata untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, Komunitas Banyu Bening dan Komunitas Jaka Tarub sukses melaksanakan program penanaman pohon di Pesantren Masyarakat Gunung Susang, Dusun Jarah, Banjarejo, Kec. Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Program ini menjadi bukti komitmen bersama dalam menjaga keseimbangan alam.
Pemimpin Pesantren Masyarakat Gunung Susang, Ustadz Rahman yang membuka acara ini menyatakan sangat menyambut baik kegiatan konservasi yang dilakukan oleh Komunitas Banyu Bening dan Komunitas Jaka Tarub.
“Program ini dimulai dengan Bismillah dan niat lillahi ta’ala. Tujuannya adalah menjaga dan merawat bumi Allah sebagai bagian dari tugas kita sebagai khalifah di muka bumi,” kata Ustadz Rahman, yang disampaikan secara tertulis, Selasa (10/12/2024).
Ketua Komunitas Konservasi Jaka Tarub (Jaringan Keluarga Tangan Rakyat untuk Bumi), Udin menjelaskan bahwa berbagai jenis Keluarga Ficus seperti pohon beringin yang berbagai jenis, karet kebo (Elastica) dan lain-lainnya yang ditanam adalah untuk mendukung percepatan Gunung Kidul menuju “Paru-paru Daerah Istimewa Yogyakarta” di pesantren.
“Kami berharap tanaman ini tidak hanya menjadi pelengkap lingkungan, tetapi juga tumbuh bersama-sama dengan pembangunan pesantren yang Go Green,” kata Bang Udin, demikian ia akrab dikenal.
Program ini melibatkan semua santri Pondok Pesantren Masyarakat Gunung Susang, warga sekitar dan turut dihadiri oleh Lurah Sambeng Borobudur Rowiyanto dan masyarakat sekitar yang terinspirasi untuk menerapkan program konservasi serupa di wilayah masing-masing, khususnya dalam pelestarian mata air, udara yang segar, sehat dan meminimalisir PRB (Pengurangan Resiko Bencana).
Dukungan juga datang dari IKKJ (Informasi Kedaruratan dan Kepedulian Yogyakarta), R-KomPAS (Rumah Komunitas Pecinta Alam Se-nusantara) yang aktif berpartisipasi dalam acara tersebut.
Sinergi Konservasi dan Edukasi selain sebagai langkah konkret pelestarian lingkungan, program ini juga diharapkan menjadi edukasi bagi masyarakat sekitar. Kolaborasi antar komunitas, lembaga pesantren, dan pemerintah desa menjadi model ideal untuk konservasi berbasis komunitas. Perubahan sangat penting dalam satu gerakan Pentahelix empati pada Bumi.
Ke depannya, Komunitas Banyu Bening dan Komunitas Jaka Tarub berkomitmen untuk terus mendukung program-program konservasi berbasis pesantren dan komunitas. Pesantren Masyarakat Gunung Susang menjadi contoh nyata bahwa pembangunan tidak hanya berorientasi pada fisik, tetapi juga pada kelestarian alam.
Setelah kegiatan penanaman di lanjut Cangkir (Cangkrukan Mikir) dengan mencetuskan ide pemikiran untuk langkah-langkah apa yang Sat set wat wet dalam Konservasi baik Air, Tanah, dan Udara agar generasi anak keturunan mendapatkan warisan sebagai bentuk empati pada Alam Semesta.
“Mewariskan mata air lebih mulia daripada mewariskan air mata. Mari bersama-sama menjaga bumi kita untuk generasi mendatang!” demikian disampaikan dalam acara tersebut.
Laporan: Tim Kedai Pena