KedaiPena.Com – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Muhammad Haekal mengatakan, untuk mendukung perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, Kementerian Perindustrian harus bisa membaca peluang Iuntuk mengembangkan agar tidak berhenti pada ekspor dalam bentuk CPO.
Bahkan dia menyatakan, dulu pemerintah pernah membuat industri olahannya menjadi biosolar. Namun karena harga minyak dunia anjlok, kemudian pengelolaannya menjadi tidak visible lagi untuk diolah menjadi biosolar.
“Hasil minyak sawit juga bisa dikembangkan menjadi campuran baik biodesel, sabun bahkan menjadi vitamin. Hanya saja dibutuhkan teknologi tinggi untuk mengekstraksinya menjadi bahan jadi seperti vitamin,” beber Haekal di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Senin (20/3).
“Minyak sawit itu 100 persen dijadikan biodesel itu sangat bisa. Bisa juga menjadi sabun, deterjen dan vitamin. Jadi mesti didorong,” sambung dia.
Dalam rangka merealisasikan itu, kata Haekal, pemerintah juga mesti memastikan pasar yang akan menjadi market ketika industri telah mampu menghasilkan dalam bentuk bahan jadi.
Sebab itu, perlu sinergi antara kementerian Perdagangan, BUMN dan perusahaan terkait pengembangan industri turunan dari bahan kelapa sawit.
Karena, aku dia, saat ini industri sawit Indonesia memang kalah dibanding negara tetangga, Malaysia. Padahal, produksi CPO Indonesia jauh melampui Malaysia.
“Untuk harga jual saja, Indonesia lebih rendah dibanding Malaysia. Dengan modal itu, Indonesia berpeluang untuk bisa mengungguli Malaysia. Koordinasinya pun harus disinkronlah antara BUMN, Kemenperin dan Perdagangan,” imbuh politikus Partai Gerindra tersebut.
Laporan: Muhammad Hafidh