KedaiPena.Com – Pernyataan calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo yang mengatakan banyak kolam bekas tambang dimanfaatkan sebagai tempat budi daya ikan dan sarana rekreasi adalah sebuah kekeliruan.
Demikian dikatakan Pius Ginting, Koordinator Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) adalah organisasi masyarakat sipil yang melakukan kajian terhadap persoalan lingkungan hidup dan energi.
“Jokowi offside. Kolam bekas tambang tidak aman,” tegas dia kepada KedaiPena.Com ditulis Rabu (20/2/2019).
Logam berat yang ada di bekas tambang berbahaya bagi kesehatan. Jarang spesies ikan yang hidup di bekas lobang tambang.
“Dan jika dalam jangka waktu lama, ada spesies ikan yang hidup, pasti ikannya tidak sehat. Sebab kandungan logam berat yang tinggi dalam tubuh ikan tersebut membuat tidak sehat,” ujar Pius.
Di antara kandungan kimia adalah ‘methyl mercury’ yang terakumulasi dalam tubuh ikan. Dan itu berbahaya bagi kesehatan.
Ia pun mempertanyakan sikap Jokowi yang ingin lubang bekas galian tambang sebagai tempat pariwisata.
“Lubang bekas tambang itu kan kan banyak. Khususnya di provinsi tambang, seperti Bangka dan Kaltim. Kalau satu lubang jadi museum tambang mungkin menarik. Tapi, kalau lebih dari itu, tentu tak menarik sama sekali. Dan tidak mungkin berenang disitu dlm jangka waktu puluhan tahun. Karena warisan logam beratnya. Jadi solusinya ditutup lagi, revegetasi,” sambung Pius.
Senada, Jaringan Addvokasi Tambang (Jatam) juga mempersoalkan klaim Jokowi. Pasalnya, Jatam sendiri telah berulangkali melaporkan masalah lubang bekas galian tambang tanpa reklamasi ke pemerintah. Bahkan Jokowi sendiri telah datang sendiri ke Kalimantan Timur (Kaltim) tapi tidak ada progres sama sekali.
“Persoalan ini telah dan sering kita laporkan ke pemerintah, daerah-pusat. Bahkan 2 kali Jokowi ke Kaltim, tak ada progres apapun untuk menindaktegas perusahaan yang meninggalkan lubang tanpa reklamasi,” rilis Jatam di akun @jatamnas, Selasa (19/2/2019).
Jatam juga menyebut upaya menjadikan bekas galian tambang sebagai kolam ikan adalah hal yang konyol dan justru lari dari masalah.
“Menjadikan 1.700-an lubang tambang di Kaltim sebagai kolam ikan maupun tempat rekreasi? Bukankah ini konyol, dan tampak lari dari masalah?,” lanjutnya.
Sebelum ini, pada 5 November 2018 Jatam merilis, lubang bekas tambang batubara di Kalimantan Timur, telah merenggut nyawa 31 orang. Jatam telah meminta Presiden Joko Widodo turun tangan, karena Pemda menganggap masalah itu bukan hal penting.
Jatam menengarai, para pejabat dan aparat hukum seakan takluk jika berhadapan dengan perusahaan tambang yang beroperasi.
Seperti diketahui secara luas, calon presiden nomor urut 01 Jokowi menyebut langkah yang dilakukan terhadap bekas tambang yang sudah dikeruk habis, Jokowi mengaku sudah melakukan banyak hal, termasuk menghutankan kembali bekas lokasi tambang. Jokowi juga menyebut banyak kolam bekas tambang dimanfaatkan sebagai tempat budi daya ikan dan sarana rekreasi
“Memang belum semua, tapi bertahap,” ujarnya. Tambang milik PT Bukit Asam sudah dihutankan kembali. Kalau pengawasan sudah ketat, itu bisa dilakukan,” ujar Jokowi.
Laporan: Muhammad Hafidh