KedaiPena.com – Pengembangan wilayah pertanian Kampung Samberembe dulunya menjadi kawasan budidaya ikan terintegrasi dengan pariwisata, yang sering disebut Kampung Mina Padi atau Kampung Mina Wisata Technopark berhasil mencatatkan produksi mencapai 17,92 ton ikan konsumsi per tahun. Tentunya pengembangan wilayah hingga bernilai ekonomis ini tak lepas dari kolaborasi antara masyarakat dan para pemangku kepentingan.
Plt. Kepala Balai Riset Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kusdiantoro menyebutkan Samberembe telah menjadi contoh kampung perikanan yang menarik.
“Kegiatan perikanan dari hulu sampai ke hilir mulai dari budidaya, pengolahan, pemasaran, kuliner, pariwisata, pelatihan, dan penyuluhan berjalan dengan baik. Kegiatan ekonomi ini menjadi sebuah model yang baik untuk diterapkan di daerah-daerah lain. Tak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat, kampung ini juga meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia,” kata Kusdiantoro, melalui keterangan tertulis, Selasa (8/2/2022).
Ia juga menyampaikan, dalam jangka waktu dua tahun sejak diluncurkan, Kampung Samberembe ini tumbuh cukup signifikan.
“Ini suatu inisiasi yang lahir dari masyarakat, dan tumbuh secara kelembagaan dengan baik, diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk yang lain, bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.
Kusdiantoro menyatakan semua program pada hakikatnya tidak bisa berjalan dengan baik jika tidak ada yang mendampingi, meskipun secara fisik telah dilakukan pembangunan.
“Hal tersebut menjadi kesempatan sekaligus tantangan bagi penyuluh perikanan untuk mendampingi kelompok pelaku utama perikanan dalam mendukung program prioritas nasional maupun program daerah,” ujarnya lagi.
Senada, Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, Penyuluh Perikanan sebagai wakil KKP di lapangan dan garda terdepan pembangunan kelautan dan perikanan memiliki peran penting, khususnya melalui dukungan kegiatan penyuluhan dan pendampingan pelaku utama dan usaha kelautan dan perikanan.
“Penyuluh perikanan dalam pendampingan nelayan, pembudidaya, pengolah, dan pemasar ikan serta petambak garam di lapangan diharapkan dapat mencerahkan (enlightening), memperkaya (enrichment) dengan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran dan akses sumber daya lainnya, dan memberdayakan (empowerment) pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan,” tuturnya.
Tak hanya BPPP Tegal dan BRPI Sukamandi, UPT BRSDM lainnya dlibatkan di Samberembe, seperti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul, Yogyakarta, sebagai UPT terdekat.
Peneliti LRMPHP Zaenal Arifin Siregar mengatakan, berdasarkan hasil penggalian informasi pada 2021, terdapat banyak hal positif yang dapat dipelajari dari Mina Padi Samberembe. Menurutnya, terdapat keberanian para petani untuk berubah dari cara petani konvensional menjadi petani dengan teknologi mina padi yang dikembangkan menjadi daerah wisata.
“Perubahan terjadi karena adanya pertambahan core bisnis yang dilakukan para petani. Petani konvensional yang memiliki core bisnis menghasilkan padi berubah menjadi minapadi yang memilki core bisnis penghasil padi dan ikan, lalu berubah menjadi daerah wisata yang memilki tambahan wisata sebagai core bisnisnya,” tuturnya pendek.
Laporan: Natasha