Artikel ini ditulis oleh Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.
Anies harus gagal nyapres. Itu rencana awalnya. Ada dua kelompok besar dan sangat kuat yang berupaya dengan semua tenaga yang dimiliki untuk jegal Anies. Dua kelompok kuat ini paling takut jika Anies nyapres. Mereka pun menyiapkan calonnya. Maunya satu calon yang didukung dua kelompok berkuasa ini. Tapi, keduanya rupanya sulit bersama. Masing-masing menyiapkan calonnya sendiri.
Pertama, Anies berupaya dijegal dengan kasus Formula E. Pokoknya harus jadi tersangka. Terbukti atau tidak di persidangan, itu urusan nanti. Yang penting jadi rersangka, biar Anies tidak bisa nyapres.
Meski isunya agak reda, upaya ini masih terus berproses. Tinggal menghiting risiko keamanan dan stabilitas negara. Kalkulasi sejumlah analisis sosial dan intelijen, mentersangkakan Anies akan jadi gejolak sosial politik yang berisiko. Apalagi, ada tiga partai pengusung dan relawan Anies yang militan.
Kedua, Anies berupaya dijegal melalui partai pengusung. Publik sudah mendapat info cukup terbuka terkait pertemuan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dengan Surya Paloh di Eropa. Tekanan kepada Nasdem dan rayuan kepada PKS telah membuka begitu banyak informasi adanya upaya menghalangi parpol-parpol tersebut untuk mengusung Anies. Setelah partai Demokrat secara resmi menyatakan dukungannya kepada Anies, penjegalan jalur partai sepertinya sudah gagal.
Ketiga, upaya banjiri Anies dengan fitnah agar Anies jadi musuh bersama. Isu SARA dimainkan. Isu agama setiap hari terus dioperasikan untuk menyudutkan Anies. Isu politik identitas, radikalisme tidak pernah reda. Berbagai Hoaks terus ditebar untuk down grade Anies, juga partai Nasdem. Adu domba Anies-Nasdem dibuat. Legacy Anies di DKI mencoba dihancurkan. Terakhir mengenai Sodetan Kali Ciliwung. Rombongan pejabat ramai-ramai membuat sindiran. Belum lagi intimidasi ular kobra di Banten saat kedatangan Anies dan operasi intelijen.
Tiga upaya untuk jegal Anies boleh dibilang gagal. Di sisi lain, elektabikitas Anies terus merangkak naik dan menyalib Prabowo dan Ganjar Pranowo. Koalisi Perubahan menemukan titik terangnya. Hanya menunggu waktu untuk deklarasi bersama. Kurang lebih sebulan kedepan.
Dengan deklarasi Koalisi Perubahan dan naiknya elektabiltas Anies yang didukung dengan kerja-kerja politik partai dan para relawan yang semakin terkonsolidasi, sistemik dan masif, maka Anies tak lagi bisa dibendung. Elektabilitas Anies akan semakin jauh untuk bisa dikalahkan. Sampai pada situasiya, ini akan jadi godaan bagi partai-partai politik lain untuk tergoyah imannya dan kemudian memutuskan bergabung ke Koalisi Perubahan.
Dinlain sisi, Sekber Gerindra-PKB sangat rentan. Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dijadikan cawapres Anies misalnya, sekber bubar. Mudah sekali jika ingin bubarkan koalisi Gerindra-PKB.
Koalisi Indonesia Bersatu ( KIB) juga sangat rentan. Calon saja mereka belum punya. Ganjar diprediksi gak akan berani jika tidak didukung PDIP. Kalau PDIP usung Ganjar, PPP dan PAN hampir pasti akan jeblok elektabilitasnya jika berseberangan dengan Anies. Habitat PPP dan PAN ada di kubu Anies. Kedua partai ini hanya menunggu waktu kapan beralih dukungan ke Anies. Gabung Koalisi Perubahan.
Sudah ada KIB tandingan. KIB tandingan ini dukung Anies. KIB ini singkatan Kuning, Ijo dan Biru. Kuning itu kader Golkar yang berada di bawah gerbong Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla. Ijo itu PPP. Dengan Gerakan Pemuda Ka’bah-nya (GPK). Dan Biru itu PAN. Tanggal 2 Pebruari nanti mereka deklarasi Anies di Hotel Century Senayan.
Kedepan, Koalisi Perubahan nampaknya akan menjadi kekuatan arus utama pilpres 2024. Koalisi ini yang akan menjadi penentu kontestasi pilpres. Keadaan ini akan membuat Presiden Jokowi mempertimbangkan untuk memberikan dukungan kepada Anies. Jika ini terjadi, maka akan membenarkan tesis saya dua tahun lalu (24 Nopember 2021) bahwa pilihan terbaik bagi Presiden Jokowi adalah mendukung Anies Rasyid Baswedan.
[***]