KedaiPena.Com – Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 semakin dekat, elit partai terus melakukan manuver dan kalkulasi politik, yang tujuannya agar calon yang diusung mampu mengalahkan petahana yang dinilai banyak pihak sebagai kandidat terkuat.
Salah satu manuver tersebut adalah rencana koalisi PDIP dan Gerindra, yang kedua-duanya adalah dua partai terbesar di DKI Jakarta.
Terkait itu Indo Barometer telah menggelar survey pada tanggal 27Â sampai 28 Mei 2016. Survey itu dilakukan di Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, dan Kab. Kepulauan Seribu.
Dalam rilis resmi yang diterima KedaiPena.Com, Selasa (31/5) menyebutkan sebanyak 62 persen publik di DKI Jakarta memungkinkan terjalinnya koalisi antara dua partai besar PDI Perjuangan dan Gerindra di Pilgub Jakarta 2017 untuk menghadapi petahana.
“Mayoritas publik sebanyak 62.0 persen menilai koalisi PDIP dan Gerindra pada Pilkada DKI Jakarta 2017 memungkinkan akan terjadi. Sebesar 19.8 persen responden menilai koalisi PDIP dan Gerindra tidak memungkinkan akan terjadi. Dan sebesar 18.2 persen responden mengaku tidak tahu atau tidak jawab,†sebut peneliti Survei Indo Barometer Asep Saepudin.
Menurut asep, alasan utama 62 persen publik mengatakan bahwa PDIP dan Gerindra memungkinkan untuk berkoalisi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 Â yakni bersatu mengalahkan Ahok sebesar 21.8%, ingin lebih kuat 18.5%, mencari calon yang lebih baik 17.7%, ingin memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2017 16.9%, kepentingan politik 13.7%, apapun bisa terjadi dalam politik 5.6%, pernah berkoalisi pada 2012 sebesar 4.0%, belum punya calon yang kuat 0.4%, jika Megawati setuju 0.4%, serta, tidak tahu atau tidak jawab sebesar 0.8%.
“Sedangkan alasan utama 19 persen responden menjawab bahwa PDIP dan Gerindra Tidak Memungkinkan berkoalisi pada Pilgub DKI Jakarta 2017 adalah, Megawati dan Prabowo tidak akur sebesar 26.6 persen, sama-sama ingin menang 22.8 persen, beda visi dan misi 16.5 persen, usung calon sendiri 13.9 persen, sama-sama partai besar 11.4 persen dan, ego politik besar 8.9 persen,†kata Asep.
Dalam hasil survey juga disebutkan, bahwa mayoritas publik sebesar 34.8% mengatakan bahwa Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur yang diusung koalisi PDIP dan Gerindra akan membawa Jakarta lebih baik dari saat ini. Sebanyak 29.0 persen responden mengatakan pasangan calon yang diusung PDIP dan Gerindra tidak akan membawa DKI Jakarta menjadi lebih baik. Dan sebesar 36.3 persen responden mengaku tidak tahu/tidak jawab.
Soal Kriteria yang calon yang harus diusung oleh koalisi PDIP dan Gerindra untuk membuat DKI Jakarta lebih baik dari saat ini adalah sebagai berikut, calon yang tegas 36.3%, tidak korupsi/jujur 26.8%, peduli rakyat 13.5%, mampu menyelesaikan masalah Jakarta 4.5%, amanah/bertanggung jawab 4.5%, lebih baik dari Ahok 3.8%, Muslim 2.5%, pekerja keras 1.8%, santun 1.3%, lainnya 5.3%.
Terkait calon calon yang paling cocok diusung koalisi PDIP dan Gerindra untuk menjadikan DKI Jakarta yang lebih baik dari saat ini adalah Tri Rismaharini 26.3%, Yusril Ihza Mahendra 14.0%, Sandiaga S Uno 13.3%, Djarot Syaiful Hidayat 6.3%, Sjafrie Sjamsoeddin 3.8%, Ganjar Pranowo 1.3%, Adhyaksa Dault 1.0%, Suyoto Kang Yoto 0.3%, H. Abraham Lunggana 0.3%, dan tidak tahu/tidak jawab sebesar 33.8%.
Disebutkan juga, mayoritas responden 46.0% mengatakan bahwa koalisi PDIP dan Gerindra terbentuk karena kekecewaan terhadap Gubernur saat ini. Sebesar 22.0 persen responden menganggap koalisi PDIP dan Gerindra terbentuk bukan karena kekecewaan terhadap Gubernur saat ini. Dan sebanyak 32.0 persen responden tidak tahu/tidak jawab.
Alasan utama 46 persen responden mengatakan koalisi PDIP dan Gerindra terbentuk karena kecewa terhadap Gubernur saat ini yakni, Ahok memilih independen 36.4%, Ahok tidak mau kerjasama dengan partai 16.8%, kecewa dengan kebijakan Ahok 12.0%, Ahok keluar dari Gerindra 11.4%, Ahok melupakan jasa PDIP dan Gerindra di Pilgub 2012 4.9%, Ahok arogan 4.3%, komunikasi Ahok dengan parpol buruk 3.8%, Ahok bicaranya kasar 3.8%, lainnya 6.5%.
“Sedangkan alasan utama 22 persen responden mengatakan koalisi PDIP-Gerindra terbentuk bukan karena kecewa terhadap Gubernur saat ini yakni, Murni kepentingan politik sebesar 33.0 persen, mencari yang lebih baik 23.9 persen, hanya ingin menang Pilkada DKI 23.9 persen, hanya ingin mengalahkan Ahok 9.1 persen, tidak ada kaitannya 9.1% persen, permainan media 1.1 persen,†rinci Asep.
Lebih jauh disebutkan, terkait partai paling berpeluang untuk mengajukan Cagub jika koalisi PDI Perjuangan dan Gerindra terbentuk, mayoritas responden yakni sebesar 70.5% mengatakan PDIP sebagai partai yang paling berpeluang, sementara itu sebesar 17.0 persen responden yang mengatakan partai Gerindra yang berpeluang untuk mengajukan Cagub. Dan sebesar 12.5 persen mengaku tidak tahu atau tidak jawab.
Dijelaskan Asep, survey itu sendiri dilakukan dengan wawacancara via telepon atau telephone survey yang menggunakan metode systematic random sampling atau penarikan data secara acak. Adapun responden yang diwawancarai sebanyak 400 orang, yang berusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah.
“Responden diambil dari yellow book atau buku kuning. Adapun margin of error ± 5% dengan tingkat kepercayaan 95%,†jelas Asep.
(Dom)