KedaiPena.com – Industri perbankan syariah masih perlu ditingkatkan karena perkembangannya terbilang belum begitu optimal, padahal potensinya begitu besar. Salah satu tantangan besar dari kurang optimalnya industri tersebut adalah tidak sinkronnya perbankan syariah dengan industri halal.
“Tantangan perbankan syariah ada di diskonektivitas antara industri halal dan perbankan syariah,” kata Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat dalam agenda BCA Syariah Media Workshop 2024 di Bogor, ditulis Minggu (24/11/2024).
Ia mencontohkan, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk-produk halal seperti Bio Farma, Paragon, dan Indofood. Namun, dalam pengembangan industri tersebut belum terkoneksi maksimal dengan perbankan syariah.
“Perusahaan-perusahaan ini kan sudah menghasilkan produk halal, tapi belum pakai perbankan syariah. Belum memenuhi ekspektasi mereka atau kurang pendekatan, ini yang harus didorong gimana mendorong agar industri halal ini didanai oleh syariah,” ucapnya.
Sutan Emir menyatakan kondisi tersebut disebabkan karena minimnya literasi keuangan syariah di Indonesia. Data menunjukkan tingkat literasi ekonomi syariah baru berada di angka 28 persen dan literasi keuangan syariah baru di angka 39 persen.
Selain persoalan literasi keuangan syariah dan literasi ekonomi syariah yang masih rendah, menurut analisis Emir, stimulus dari pemerintah juga diperlukan sebenarnya dalam mendorong industri perbankan syariah.
Hal itu berkaca dari perkembangan industri perbankan syariah di Malaysia yang terutama pada awal kemajuannya disokong oleh insentif dari pemerintah, sehingga saat ini pangsa pasarnya mencapai sekitar 30—40 persen.
“Memang harus ada insentif untuk perbankan atau keuangan syariah kalau mau maju. Untuk meyakinkan itu memang di Indonesia masih sangat susah,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa