KedaiPena.Com – Dalam pengamatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta, dalam tiga dekade terakhir ini, Indonesia telah kehilangan 40 persen mangrove atau 6 persen dari total kehilangan hutan tahunan.
Karena itu untuk menekan kehilangan hutan mangrove, pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan para ‘stakeholder’ harus melakukan penanaman bakau secara serius dan berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Puput TD Putra, Direktur Eksekutif Walhi Jakarta kepada KedaiPena.Com, Jumat (12/1/2018).
“Kami menilai KLHK tidak serius dalam merehabilitasi hutan manggrove,” tegasnya.
Rencana Dirjen Aliran Sungai dan Hutan Lindung KLHK Hilman Nugroho dalam merencanakan kegiatan penanaman 10 ribu pohon bakau di 10 daerah, termasuk Jakarta, sambung Puput, sifatnya hanya seremonial.
“Itu sangat terbatas itu menunjukan hanya kegiatan seremonial saja. Coba kita lihat serius persoalan manggrove Pantura Jawa, manggrove-nya sudah rusak lebih parah. Harusnya melihat stuasi tersebut, Pantura Jawa menjadi obyek fokus yang harus di benahi KLHK, bukan malah ingin melakukan penanaman di taman wisata manggrove di Pantai Indah Kapuk (PIK),” sesal dia.
Menurut Walhi Jakarta, hutan mangrove memiliki peranan penting dan manfaat besar khususnya untuk menahan erosi dan abrasi pantai, mencegah interusi air laut.
Hutan bakau juga sebagai sarana penyaring dan pengurai limbah pantai, tempat berkembang biak jenis-jenis ikan tertentu, memperkuat ekosistem laut, wisata bahari, dan merupakan lumbung besar penyimpan karbon dunia.
“Maka program rehabilitasi mangrove jangan pernah hanya untuk coba-coba dan hanya berdasarkan pemikiran pendek, hanya seremonial saja,” demikian Putra, sapaannya.
Laporan: Ricki Sismawan