KedaiPena.com – Ambisi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, akan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan mengedepankan pengelolaan sampah berkelanjutan. Dan mendorong terbentuknya industri-industri pengolahan sampah organik yang memanfaatkan gas metana menjadi sumber energi melalui pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa.
Dirjen Pengelolaan Sampah Limbah dan B3, KLHK, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan tempat pemrosesan akhir (TPA), terutama sampah organik memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca.
Tercatat 18,89 juta ton timbulan sampah per tahun, dengan 41,1% atau sekitar 7,76 juta ton adalah sampah sisa makanan yang mayoritas bersumber dari rumah tangga.
“Kami punya cita-cita kalau bisa sampah organik itu jangan ada satupun yang dibuang ke TPA,” kata Vivien dalam acara dialog, Rabu (22/2/2023).
Ia menjelaskan bahwa setiap satu ton sampah padat mampu menghasilkan 50 kilogram gas metana. Dengan demikian, timbulan sampah organik yang mencapai 7,76 juta ton per tahun menghasilkan 388.000 ton gas metana.
Berdasarkan Indeks Potensi Pemanasan Global atau Global Warming Potential (GWP), emisi metana mempunyai efek 21 kali lipat dibandingkan emisi karbon dioksida.
“Kami mendorong masyarakat untuk bisa menyelesaikan sampah organik dari sektor rumah tangga. Ini bisa dilakukan melalui pengomposan agar sampah yang mudah terurai itu tidak masuk ke TPA. Pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik bisa digunakan masyarakat untuk menyuburkan tanaman,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa