SUATU hari Yap Tiam Hien menyuruh seorang tokoh ke luar dari kantornya karena membujuknya supaya perkaranya dimenangkan. Tokoh banyak uang yang diusirnya itu punya masalah hukum berat berkaitan dengan hak rakyat yang dia manipulasi.
‘’Kalau saudara hendak menang perkara jangan pilih saya sebagai pengacara, karena pasti akan kalah. Tapi kalau saudara ingin memperjuangkan kebenaran, saya akan menjadi pembela anda,’’ tegasnya.
Yap pendiri YLBHI, perintis Peradi, pembela HAM, dan pengacara bagi orang-orang miskin & pro rakyat. Seorang anak didiknya yang sekarang pengacara terkenal menyebut Yap bukan tipe ‘’Advokat Ferrari’’.
Integritas, konsistensi, reputasi, dan karakter yang kuat, merupakan inti kepribadian seseorang yang mendisiplinkan diri untuk selalu memegang teguh prinsip kebenaran.
Jika demikian halnya dengan seorang pengacara lurus seperti mendiang Yap Tiam Hien, lalu dimanakah nilai bobot dari seorang ekonom?…
Yang pertama adalah dari forecast-nya, dari prediksi-prediksinya yang kemudian terbukti menjadi kenyataan. Karena sang ekonom memahami data yang ada secara benar.
Dr Rizal Ramli memiliki integritas, konsistensi, reputasi, dan karakter yang kuat, yang selama ini telah menjadi inti kepribadiannya yang berdisiplin untuk selalu memegang teguh prinsip kebenaran.
Sebagai ekonom senior pro rakyat, tokoh nasional, dan calon presiden telah banyak forecast dan warning yang disampaikannya kini terbukti jadi kenyataan.
Yang kembali aktual adalah penegasannya untuk memberikan solusi terhadap krisis yang terjadi di BUMN maskapai penerbangan Garuda, yang merugi antara lain lantaran salah urus dan banyak permainan ‘’akrobat’’ di dalamnya.
Rizal Ramli sendiri telah membuktikan diri mampu menyelamatkan Garuda saat jadi Menko Perekonomian di era pemerintahan Presiden Gus Dur (2000-2001).
12 Agustus 2015 saat hari pertama diminta oleh Presiden Jokowi untuk jadi Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli langsung menolong Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia bahwa Garuda harus melakukan evaluasi, antara lain dalam hal pembelian jenis pesawat jarak jauh, karena pasti akan merugi. Termasuk meminta PLN mengevaluasi proyek listrik 35.000 Megawatt.
Pada Juli 2015 Garuda punya masalah besar karena pembelian pesawat secara ugal-ugalan dan mark up (yang kemudian terbukti di KPK) yaitu pembelian jenis pesawat bombardier dan Air Bus A380.
Waktu itu media massa umumnya malah salah kaprah dan gagal menangkap substansi dari warning Dr Rizal Ramli tersebut dengan menyebutnya (secara gegabah dan ceroboh) sebagai gaduh, yang kemudian dijadikan opini yang digoreng dengan pinjam mulut para ‘’pengamat rindu order’’ dan norak…
Rizal yang hendak membela cita-cita Revolusi Mental Presiden Jokowi itu dengan karakternya yang candid malah dizolimi, dibully, hingga beberapa bulan berikutnya karena konsisten membela kebenaran. Rizal, sang rajawali pemberani itu, ‘’dieksekusi’’ melalui reshuffle dengan cara yang zolim, antara lain karena desakan Pengpeng (Penguasa merangkap Pengusaha) yang ada di dekat Presiden Jokowi yang merasa terganggu ambisi politik dan kepentingan bisnisnya.
Rizal yang bersahabat dekat dengan Presiden Jokowi bahkan telah mengingatkan secara langsung mengenai krisis yang terjadi di maskapai Garuda ini yang imbasnya dapat menggerogoti reputasi dan elektabilitas Presiden Jokowi.
Apa lacur apa hendak dikata. Garuda kini benar-benar merugi. Selama tiga tahun berturut-turut mengalami kerugian. Pada 2014 kerugian mencapai USD 399, 3 juta. Di tahun 2017 USD 213, 4 juta. Sedangkan tahun 2018 ini diperkirakan sekitar USD 256 juta.
Kinerja Keuangan Garuda yang buruk itulah yang menjelaskan kenapa harga saham anjlok dari Rp750 ke Rp250 per saham, dan mandeg disitu.
Menurut Dr Rizal Ramli, sebuah korporasi mengalami kerugian adalah hal biasa, yang dapat saja terjadi akibat adanya hal-hal yang bersifat eksternal maupun internal.
‘’Tapi yang sangat penting adalah perusahaan harus memiliki strategi untuk membalikkan situasi atau turn around strategy,’’ tandas Rizal Ramli.
Berikut ini adalah masalah utama krisis Garuda:
1. Pengangkatan direksi Garuda tidak berdasarkan kompetensi, jumlah direksi terlalu banyak (delapan direksi hanya untuk akomodasi politik).
2. Manajemen tidak berani mengambil keputusan/rescheduling pesawat-pesawat yang tidak diperlukan.
3. Flight & rute manajemennya payah. Yang dilakukan manajemen hanya pemotongan biaya via crocc cutting, cross the board. Sangat berbahaya jika yang dipotong anggaran training. Padahal bisnis penerbangan intinya adalag safety. Juga seharusnya direktur operasi tidak dilebur menjadi direktur produksi.
4. Permainan atau patgulipat di Garuda terjadi juga dalam hal pembelian logistik. Sistem pengadaan tidak kompetitif, sehingga harga yang dibeli konsumen kemahalan.
5. Rute manajemennya payah. Seharusnya direktur operasi harus dipilih lebih canggih.
6. Strategi marketing Garuda amburadul. Yang seharusnya premium airline malah ‘’dicampur’’ dengan strategi low cost carrier, seperti Citylink. Padahal Garuda disegani karena reputasi, safety yang tinggi, dan memiliki kualitas pelayanan terbaik di dunia, dengan cara memberikan terlalu banyak discount dan promo tiket, sehingga brand premium Garuda luntur.
Oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior